Moeslim.id | Pada dasarnnya, shalat harus dilakukan pada waktunya masing-masing, namun Allah Ta’ala memberikan rukhshah atau keringanan untuk menjama atau menggabungkan shalat jika dalam keadaan darurat.
Jama shalat yaitu melakukan shalat Zhuhur dan Ashar atau Maghrib dan Isya pada salah satu waktunya. Jika dilakukan pada waktu awal disebut jama taqdim. Jika dilakukan pada waktu kedua disebut jama ta’khir.
Menjama shalat boleh dilakukan pada keadaan darurat sebagai berikut;
Ketika safar atau bepergian jauh
عَنْ مُعَاذٍ قَالَ خَرَجْنَا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي غَزْوَةِ تَبُوكَ فَكَانَ يُصَلِّي الظُّهْرَ وَالْعَصْرَ جَمِيعًا وَالْمَغْرِبَ وَالْعِشَاءَ جَمِيعًا
Dari Mu’adz, ia berkata; “Kami keluar bersama Rasulullah shalllallahu alaihi wasasllam dalam perang Tabuk, lalu beliau melakukan shalat Zhuhur dan Ashar dengan jama, serta Maghrib dan Isya dengan jama. (HR. Muslim no. 706, Ibnu Majah no. 1070, dan lainnya)
Ketika hujan, jama ini dilakukan bersama imam
عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ جَمَعَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَيْنَ الظُّهْرِ وَالْعَصْرِ وَالْمَغْرِبِ وَالْعِشَاءِ بِالْمَدِينَةِ فِي غَيْرِ خَوْفٍ وَلَا مَطَرٍ
Dari Ibnu Abbas, ia berkata; “Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam melakukan jama shalat Zhuhur dan Ashar, serta Maghrib dan Isya dengan jama di kota Madinah bukan pada waktu takut dan hujan”. (HR. Muslim no. 54/705)