Keadilan Pemimpin Lahir Dari Keshalihan Rakyatnya

Keadilan pemimpin lahir dari keshalihan rakyatnya. (Foto: Net)

Moeslim.id | Keadilan dan keshalihan seorang pemimpin tergantung kepada keadilan dan keshalihan rakyatnya. Jika rakyatnya tidak berlaku adil dan tidak shalih, bagaimana bisa memperoleh pemimpin yang adil.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman;

وَكَذَٰلِكَ نُوَلِّي بَعْضَ الظَّالِمِينَ بَعْضًا بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ

“Dan demikianlah kami jadikan sebagian orang-orang yang zalim itu menguasai sebagian yang lain disebabkan apa-apa yang mereka usahakan”. (QS. Al An’am: 129)

Allah Subhanahu wa Ta’ala juga berfirman;

وَإِذَا أَرَدْنَا أَنْ نُهْلِكَ قَرْيَةً أَمَرْنَا مُتْرَفِيهَا فَفَسَقُوا فِيهَا فَحَقَّ عَلَيْهَا الْقَوْلُ فَدَمَّرْنَاهَا تَدْمِيرًا

Baca Juga:  Tipa Puasa Aman dan Sehat Bagi Penderita Diabetes

“Dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri maka Kami perintahkan orang-orang yang hidup mewah di negeri itu (supaya mentaati Allah), tetapi mereka melakukan kefasikan dalam negeri itu, maka sepantasnya berlaku terhadap perkataan (ketentuan Kami), kemudian Kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya”. (QS. Al Isra: 16)

Ayat ini sangat jelas menerangkan, kefasikan rakyat suatu negeri bisa membinasakan negeri tersebut.

Dari Anas bin Malik Radhiyallahu anhu, ia berkata;

قِيلَ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَتَى نَتْرُكُ الأَمْرَ بِالْمَعْرُوفِ وَالنَّهْىَ عَنِ الْمُنْكَرِ قَالَ إِذَا ظَهَرَ فِيكُمْ مَا ظَهَرَ فِى الأُمَمِ قَبْلَكُمْ قُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَا ظَهَرَ فِى الأُمَمِ قَبْلَنَا قَالَ الْمُلْكُ فِى صِغَارِكُمْ وَالْفَاحِشَةُ فِى كِبَارِكُمْ وَالْعِلْمُ فِى رُذَالَتِكُمْ

Baca Juga:  Tips dan Persiapan Menyambut Bulan Ramadhan

“Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam pernah ditanya; ‘Ya, Rasulullah! Kapankah amar ma’ruf dan nahi mungkar akan kami tinggalkan?‘. Beliau bersabda; ‘Jika tampak di tengah-tengah kalian, apa-apa yang tampak di tengah-tengah umat-umat sebelum kalian,’ Kami pun bertanya; ‘Ya Rasulullah! Apa yang tampak di tengah-tengah umat sebelum kami?’. Beliau berkata; ‘Ketika kekuasaan berada di tangan anak-anak muda di antara kalian, perbuatan-perbuatan fahisy (dosa besar) dilakukan oleh orang-orang yang tua di antara kalian, dan ilmu disebarkan oleh orang yang hina di antara kalian’.” (HR. Ibnu Majah No. 4015)