
“Sewaktu Terusan Suez dinasionalisasi oleh Gamal Abdel Nasser sebagai Presidennya Egypt atau Mesir, yang menguasai jalur itu waktu itu siapa? Terusan Suez, Prancis, Inggris, dan Israel. Nah, Egypt mengambil alih itu. Terancamlah energy security Eropa karena harus jalan lewat ke bawah ke Afrika Selatan,” tuturnya.
“Nah, jalur ini juga sekarang menjadi target untuk energy security. Selain dua jalur utama, Terusan Suez dan Terusan Panama, jalur utama sekarang adalah Selat Hormuz. Jadi inilah cara metodologi by politics untuk mengamankan energy security banyak negara. Jadi tiga sekarang jalur itu,” imbuhnya.
Kemudian, terkait politik ada cara lainnya lagi yaitu mengganti kepemimpinan di negara terkait.
“Itu pernah dilakukan sewaktu Amerika menurunkan Mozaddeh sebagai Presiden tahun 1950-an, dan mendukung Shah Iran (Mohammad Reza Pahlavi). Dengan Shah Iran diangkat tahun 54-56, maka volume minyaknya Iran itu dengan sendirinya bisa bekerja sama dengan Amerika,” jelasnya.
“Masuklah waktu itu perusahaan-perusahaan besar Amerika. Exxon, Chevron, dan lain-lain. Yang sebelumnya, minyak di Iran itu dikuasai Anglopersian, yang merupakan BP, sewaktu Mozaddeh itu dinasionalisasi, disuruh pergi. Kemudian mengganti leadership-nya Mozaddeh dengan Shah Iran, masuklah kembali perusahaan-perusahaan Amerika. Ini juga termasuk by politics untuk mengamankan volume,” paparnya.
“Nanti kita bisa lihat yang mana yang dipakai Amerika. Kan tadi by military, by politics, by politics itu mengamankan volume, mengamankan jalur, yang ketiga mengganti leadership,” bebernya.








