Kisah Haru, Pernikahan di Tengah Bencana Alam Aceh

Pernikahan di tengah bencana alam Aceh
Pernikahan di tengah bencana alam Aceh. (Foto: Kemenag)

Moeslim.id | Penampakan langit pagi itu tak bersahabat. Awan mendung mulai mengepul di langit Bener Meriah, salah satu Kabupaten di dataran tinggi Gayo, Aceh.

Curah hujan mulai tinggi dalam tiga hari terakhir, 25-27 November 2025. Beberapa ruas jalan tergenang air dan lumpur ditambah lagi beberapa badan jalan dan jembatan ikut ambruk.

Meski kondisi cuaca tak bersahabat disertai pemadaman listrik dan terputusnya akses komunikasi, pelayanan keagamaan di Kantor Urusan Agama (KUA) Bukit tetap berjalan. Pelaksana tugas Kepala KUA Bukit, Wildan El Fadhil mengatakan bahwa pelayanan kepada masyarakat harus diutamakan dalam kondisi apapun.

Baca Juga:  Direktur Urusan Syariah Islam Kemenag Meninggal Dunia

“Ini sudah tugas kita. Apapun resikonya harus kita hadapi yang penting masyarakt dapat terlayani. Meskipun hujan dan kondisi longsor pernikahan harus tetap dilaksanakan,” ujar Wildan melalui aplikasi perpesanan daring, Jumat (5/12/2025).

Ia sendiri sempat mengungsi di tenda PMI (Palang Merah Indonesia) di Simpang Tiga Redelong, Bener Meriah. Hingga kini, kata Wildan, makanan pokok masih relatif sulit didapat di kawasan ini. Jalan utama menuju Lhokseumawe dan Bireuen juga belum bisa diakses. Listrik dan jaringan komunikasi juga terputus total. Daerah ini menjadi terilosasi dan sulit mendapatkan bantuan dari daerah lain, kecuali melalui jalur udara.