
Menurut Cholil, permintaan maaf tersebut merupakan langkah yang baik, tetapi peristiwa ini harus menjadi pelajaran berharga bagi Miftah dan masyarakat umum, terutama bagi pejabat publik.
“Dia sudah minta maaf, baiknya jadi pelajaran bagi dia dan kita semua untuk menjaga lisan,” ujarnya.
Cholil menekankan pentingnya kesadaran dalam memilih kata-kata saat menyampaikan materi, baik dalam situasi formal maupun santai. “Materi yang disampaikan harus sesuai kondisi masyarakat yang hadir, menyelesaikan masalah bukan menambah masalah,” tuturnya.
Dia berharap kejadian ini dapat mendorong semua pihak, khususnya para pejabat publik dan tokoh masyarakat, untuk lebih bijak dalam berkomunikasi agar tidak menimbulkan perasaan tersinggung di kalangan umat.
Dengan adanya kejadian ini, MUI juga mengajak seluruh masyarakat selalu menjaga lisan dan keharmonisan dalam berinteraksi, baik di dunia maya maupun dunia nyata, guna menciptakan kedamaian dan kerukunan di tengah keragaman Indonesia.
“Kalau bercanda pun perlu menjaga sensitivitas publik, karena sopan atau tidaknya kata-kata itu dirasakan oleh umat,” kata dia.(tempo.co)