
Rezim Ayatollah Khomeini memutuskan hubungan dengan Israel, tidak lagi mengakui keabsahan paspor warga negara Israel, serta menyita bangunan Kedutaan Israel di Teheran untuk diserahkan kepada Organisasi Pembebasan Palestina (PLO), yang saat itu memimpin perlawanan Palestina terhadap pemerintah Israel.
Alí Vaez, direktur Program Iran di lembaga kajian International Crisis Group, mengatakan kepada BBC Mundo bahwa “permusuhan terhadap Israel adalah pilar rezim baru Iran karena banyak pemimpinnya telah mengikuti pelatihan dan berpartisipasi dalam perang gerilya bersama milisi Palestina di tempat-tempat seperti Lebanon. Mereka mempunyai simpati yang besar pada Palestina.”
Selain itu, Vaez yakin, “Iran yang baru ingin memproyeksikan dirinya sebagai kekuatan pan-Islam dan mengangkat perjuangan Palestina melawan Israel yang telah ditinggalkan oleh negara-negara Muslim Arab.”
Dengan demikian, Khomeini mulai mengeklaim perjuangan Palestina sebagai perjuangannya sendiri. Sejak itu, demonstrasi besar-besaran pro-Palestina dengan dukungan resmi pemerintah Iran menjadi hal biasa di Teheran.
Vaez menjelaskan bahwa “di Israel, permusuhan terhadap Iran baru dimulai pada akhir 1990-an, karena sebelumnya Irak di bawah pemerintahan Saddam Hussein dianggap sebagai ancaman regional yang lebih besar.”