
“Karena kalau kita lihat persoalan di medsos sekarang adalah semuanya menjadi dai, seolah-olah semuanya menjadi kiai, seolah-olah semuanya menjadi ahli hukum. Padahal mereka cuma asal copy paste,” jelas Kiai Marsudi.
Untuk itu, kata Kiai Marsudi, dai harus bisa meningkatkan kompetensi keilmuan secara terus-menerus. Hal itu dilakukan untuk agar agama disampaikan secara benar dengan memahami persoalan aktual yang terjadi di tengah masyakat.
Dia menegaskan para dai saat ini dituntut untuk meningkatkan kapasitas keilmuan dan daya kreatifitas dalam berdakwah. Tidak dimungkiri, kondisi saat ini menempatkan dakwah dalam tantangan yang kompleks. Belum lagi budaya masyarakat Indonesia yang sangat beragam.
“Yang namanya dai itu mengajak dan membangun keimanan, ketakwaan dan akhlak, di negara manapun, maka keilmuannya harus distandard(isasi),” katanya.
Selain itu, lanjutnya, para dai juga harus mampu menjaga Majelis Ulama Indonesia sebagai rumah bersama. MUI menjadi bentuk persatuan dan kesatuan yang di dalamnya terbina perbedaan paham dan aliran. Para dai dituntut untuk menjaga perbedaan tersebut dalam bingkai persatuan.(*)