
Pendidikan teologi itu, kata Waryono, harus diselaraskan dengan program pemberdayaan ekonomi yang dilakukan lembaga zakat. Pendidikan teologi dapat diberikan dalam kegiatan pendampingan, yang mencakup materi tentang tauhid, iman, dan takwa.
“Zakat bisa menjadi solusi jika kita fokus pada transformasi mustahik menjadi muzaki,” jelasnya.
Pimpinan LAZ Zakat Kita Bersama, Aziz menyampaikan, lembaganya kini memiliki tujuh staf amil dan satu pimpinan. “Kami menjalankan empat pilar program zakat, yaitu ekonomi, pendidikan, kesehatan, dan sosial. Tahun lalu, kami menghimpun Rp1,5 miliar dan menyalurkan Rp1,2 miliar,” ungkap Aziz.
Aziz menambahkan, memasuki akhir tahun 2024, lembaganya telah menghimpun Rp800 juta dan mendistribusikan Rp700 juta hingga semester pertama.
Sementara itu, perwakilan BAZNAS Provinsi Kaltim, Badrus Syamsi, menegaskan pentingnya kolaborasi antara LAZ dan BAZNAS. “LAZ adalah mitra BAZNAS, bukan kompetitor. Fokuslah pada mustahik, bukan berebut muzaki,” ucapnya.(*)