
Selama tertahan, para pengungsi yang berada di truk bak terbuka hanya menggunakan terpal untuk melindungi diri mereka dari cuaca panas. Husna menyayangkan kondisi yang tidak manusiawi tersebut.
“Mereka tidak mendapat hak-hak dasar untuk makan, minum, hingga ibadah,” kata Husna.
Mereka juga tidak mendapatkan akses ke toilet. Para pengungsi hanya diperbolehkan turun sebentar untuk buang air di parit pinggir jalan.
Menurut Husna, para pengungsi mendapatkan bantuan air, makanan, dan makanan kecil dari sejumlah organisasi masyarakat sipil. Namun, bantuan tersebut terbatas sehingga pengungsi kekurangan air.
Dari 152 pengungsi Rohingya tersebut, Husna berujar terdapat setidaknya 3 perempuan hamil dan lebih dari 80 anak-anak dan perempuan. Mereka tertahan di Banda Aceh hingga malam pada 7 November 2024.(tempo.co)








