Hukum Memakai Baju Warna Merah Dalam Islam (1)

MOESLIM.ID | Para ulama berbeda pendapat tentang hukum mengenakan pakaian warna merah bagi laki-laki. Karena terdapat beberapa hadis yang membolehkan dan hadis yang melarang. Berikut rinciannya,

Beberapa dalil yang menunjukkan bolehnya menggunakan pakaian warna merah,

Pertama, dari Hilal bin Amir dari ayahnya (Amir Al Muzanni), beliau mengatakan,

رأيت رسول الله صلى الله عليه وسلم بمنى يخطب على بغلة , وعليه بُرْدٌ أحمر , وعَليٌّ أمامه يُعَبِّرُ

“Saya melihat Rasulullah shallallahu alaihi wasallam berkhutbah di Mina di atas Bighalnya, beliau memakai selendang warna merah. Sementara Ali berada di depan beliau, mengeraskan apa yang disampaikan Nabi shallallahu alaihi wasallam”. (HR. Abu Daud 3551)

Kedua, dari Al Barra bin Azib radhiyallahu anhu, beliau menceritakan,

كان رسول الله صلى الله عليه وسلم مَرْبُوعاً , وقد رأيته في حُلةٍ حمراء , لم أر شيئا قط أحسن منه صلى الله عليه وسلم

“Rasulullah shallallahu alaihi wasallam tingginya sedang. Saya melihat beliau mengenakan pakaian warna merah, belum pernah sekalipun saya melihat orang yang lebih tampan dari pada beliau shallallahu alaihi wasallam. (HR. Bukhari 5400 dan Muslim 4308).

Baca Juga:  Trend Baju Koko Pria Tahun 2023, Simpel Namun Tetap Elegan

Ketiga, dalam riwayat lain, juga dari Al Barra bin Azib, beliau menceritakan,

مَا رَأَيْتُ مِنْ ذِي لِمَّةٍ فِي حُلَّةٍ حَمْرَاءَ أَحْسَنَ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

“Saya belum pernah melihat ada orang yang rambutnya menjuntai ke telinga, dengan memakai pakaian merah yang lebih tampan dari pada Rasulullah shallallahu alaihi wasallam.” (HR. At Thirmidzi: 1646)

Keempat, dari Abu Juhaifah radhiyallahu anhu, beliau menceritakan,

رَأَيْتُ بِلاَلًا أَخَذَ عَنَزَةً، فَرَكَزَهَا وَخَرَجَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي حُلَّةٍ حَمْرَاءَ، مُشَمِّرًا صَلَّى إِلَى العَنَزَةِ بِالنَّاسِ رَكْعَتَيْنِ

Beliau melihat Bilal membawa tongkat kecil, lalu dia tancapkan di depan. Kemudian Nabi shallallahu alaihi wasallam keluar dari kemahnya dengan memakai pakaian warna merah. Beliau angkat sarung beliau hingga ke pertengahan betis, beliau shalat dua rakaat menghadap tongkat tersebut mengimami para sahabat. (HR. Bukhari 376, Muslim 503, dan Abu Daud 520)

Kelima, diriwayatkan oleh Al Baihaqi dalam kitab As Sunan,

أنه عليه الصلاة والسلام كان يلبس يوم العيد بُردةً حمراء

Baca Juga:  Cadar Poni Untuk Tampil Lebih Cantik dan Fashionable

“Nabi shallallahu alaihi wasallam ketika shalat id, beliau memakai burdah warna merah.”

Sementara dalil yang melarang menggunakan pakaian warna merah diantaranya,

Pertama, hadits dari Al Barra bin Azib,

نَهَانَا النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنِ المَيَاثِرِ الحُمْرِ وَالقَسِّيِّ

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam melarang kami untuk menggunakan Al Mayatsir warna merah, dan pakaian Al Qassi. (HR. Bukhari 5838)

Al Mayatsir: jamak dari kata mitsarah, semacam karpet kecil terbuat dari sutera dengan campuran katun, yang digunakan oleh penunggang onta untuk duduk. (Keterangan Dr. Musthafa Bagha, ta’liq Shahih Bukhari 7/24).

Al Mayatsir, berdasarkan keterangan di atas, bukan pakaian tapi karpet untuk duduk.

Al Qassi: baju yang benangnya campuran antara katun dan sutera, dinisbahkan kepada daerah pembuatnya Al Qassi yang berada di Mesir.

Kedua, dari Abdullah bin Amr bin Ash radhiyallahu anhuma,

مَرَّ على النبي صلى الله عليه وسلم رجلٌ عليه ثوبان أحمران , فسلَّم عليه , فلم يَرُدَّ عليه النبي صلى الله عليه وسلم

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam pernah melihat seseorang yang memakai baju warna merah. Orang itupun memberikan salam kepadanya, namun Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak menjawab salamnya. (HR. Turmudzi 2731, Abu Daud 3574, dan hadis ini dinilai dhaif oleh Al Albani dan ulama lainnya, karena dalam sanadnya terdapat perawi bernama Abu Yahya Al Qattat yang dinilai dhaif oleh Imam Ahmad, Ibnu Main dan yang lainnya).

Baca Juga:  Menilik Sejarah Penggunaan Sandal Dari Jaman ke Jaman

Ketiga, dari Imran bin Hushain radhiyallahu anhu,

إياكم والحمرة فإنها أحب الزينة إلى الشيطان

“Jauhilah warna pakaian merah, karena pakaian warna merah adalah perhiasan yang paling disukai setan.” (HR. Thabrani dalam Mu’jam Al Kabir (18/148), dalam sanadnya ada perawi yang bernama Said bin Bisyr, dia didhaifkan oleh Imam Ahmad, Ibnul Madini, Ibn Main, An Nasai dan lainnya. Sehingga status hadis ini dhaif).

Keempat, dari Ibnu Abbas radhiyallahu anhuma, beliau mengatakan,

نُهِيتُ عن الثوب الأحمر ، وخاتم الذهب ، وأن أقرأ وأنا راكع

“Saya dilarang untuk memakai pakaian warna merah, cincin emas, dan membaca Al Quran ketika rukuk.” (HR. Nasai 5166).(konsultasisyariah.com)

Bersambung…

Referensi Lainnya, klik: https://www.jabarnews.com