Disyariatkan Meninggalkan Amalan yang Tidak Dilakukan Nabi

Amal yang tidak diperintahkan
Amal yang tidak diperintahkan. (Foto: Net)

Moeslim.id | Perbuatan Nabi Shallallahu alaihi wasallam termasuk rujukan dalam penetapan hukum syar’i, apabila Beliau mengerjakan perbuatan tersebut dalam rangka pensyariatan.

Demikian juga, apa yang Beliau tinggalkan pun menjadi rujukan dalam pensyariatan. Dan kaidah yang sedang kita bahas ini berkaitan dengan apa-apa yang Beliau tinggalkan tersebut.

كُلُّ فِعْلٍ تَوَفَّرَ سَبَبُهُ عَلَى عَهْدِ النَّبِيِّ  صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَلَمْ يَفْعَلْهُ فَالْمَشْرُوْعُ تَرْكُهُ

“Setiap perbuatan yang sebabnya ada di zaman Nabi Shallallahu alaihi wasallam namun Beliau tidak mengerjakan perbuatan tersebut maka yang disyariatkan adalah meninggalkan perbuatan (yang tidak dilakukanoleh Nabi) itu”.

Baca Juga:  Aqduz Zimmah, Perjanjian Keamanan Dari Penguasa Muslim

Kaidah ini menjelaskan bahwa perbuatan yang seharusnya bisa dan mudah dikerjakan oleh Nabi Shallallahu alaihi wasallam, namun Beliau tidak melakukannya tanpa unsur paksaan, maka kita juga harus meninggalkan perbuatan itu dalam rangka beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Karena apabila perbuatan tersebut disyariatkan tentu Nabi tidak meninggalkannya.

Sesungguhnya Nabi Shallallahu alaihi wasallam telah menyampaikan syari’at kepada ummatnya dengan tuntas dan jelas.