Moeslim.id | Perbedaan antara amalan yang dilakukan dengan niat yang baik dan amalan yang dilakukan dengan niat yang buruk. Meskipun secara lahiriah kedua amalan tersebut sama namun hakikatnya memiliki perbedaan yang jauh ditinjau dari sisi hasilnya.
Sebuah kaedah menyebutkan;
لاَ ثَوَابَ إِلاَّ بِالنِّيَّةِ
“Tidak ada pahala kecuali dengan niat”.
Kaidah ini menjelaskan tentang urgensi niat bagi seseorang. Karena pahala di akhirat dan balasan yang baik dari amalan yang dilakukan seseorang tidak akan diperoleh kecuali diiringi niat baik dalam rangka bertaqarrub kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Sehingga hanya orang yang melaksanakan ibadah dengan niat ikhlas yang akan meraih pahala. Adapun yang beramal karena ingin memperoleh keuntungan dunia, maka ia tidak akan meraih pahala dari-Nya.
Sebagaimana Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam bersabda;
اْلغَزْوُ غَزْوَانِ فَأَمَّا مَنِ ابْتَغَى وَجْهَ اللهِ وَ أَطَاعَ اْلإِمَامَ وَ أَنْفَقَ اْلكَرِيْمَةَ وَ يَاسَرَ الشَّرِيْكَ وَ اجْتَنَبَ اْلفَسَادَ فَإِنَّ نَوْمَهُ وَ نَبْهَهُ أَجْرٌ كُلُّهُ وَ أَمَّا مَنْ غَزَا فَخْرًا وَ رِيَاءًا وَ سُمْعَةً وَ عَصىَ اْلإِمَامَ وَ أَفْسَدَ فىِ اْلأَرْضِ فَإِنَّهُ لَمْ يَرْجِعْ بِاْلكَفَافِ
“Berperang itu ada dua macam, orang yang berperang karena mencari ridha Allah, menaati imam, menginfakkan harta berharganya, memberi kemudahan kepada kawannya, dan menjauhi kerusakan, maka seluruh tidur dan terjaganya terhitung pahala. Adapun orang yang berperang karena kebanggaan, riya dan sum’ah, menentang pemimpin, dan membuat kerusakan di muka bumi, maka ia tidak akan kembali dengan membawa balasan”. (HR. Abu Dawud no. 2515)
Hadits ini menunjukkan bahwa tidak ada pahala kecuali disertai niat yang baik yang menunjukkan eksistensi kaidah ini.