Syarat Pembagian Kerugian Dalam Mudharabah

Pembagian kerugian Mudharabah. (Foto: Net)

Moeslim.id | Mudharabah adalah salah satu bentuk kerjasama (syarikah) dalam muamalah atau jual beli. Islam telah menghalalkan sistem mu’amalah ini. Dan Islam telah melegalkan seluruh bentuk syarikah.

Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam bersabda;

أَنَا ثَالِثُ الشَّرِيكَيْنِ مَا لَمْ يَخُنْ أَحَدُهُمَا صَاحِبَهُ فَإِذَا خَانَهُ خَرَجْتُ مِنْ بَيْنِهِمَا

“Aku adalah pihak ketiga dari dua orang yang bersyarikat (kerjasama), selama salah seorang dari mereka tidak mengkhianati yang lainnya. Jika ia berkhianat, maka Aku-pun meninggalkan mereka berdua”. (HR. Abu Dawud: 3383)

Baca Juga:  Inilah Lokasi Miqat Untuk Jemaah Haji Indonesia

Diriwayatkan dari Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu anhu, ia berkata;

اشتركْتُ أَنا وَعمّارٌ وَسَعْدٌ فيما نُصِيبُ يَوْمَ بَدْرٍ

“Aku mengadakan kerja sama dengan Ammaar dan Sa’ad dalam mengelola harta yang kami peroleh dari perang Badar”. (HR. An Nasa’i dan lainnya)

Syarikah dalam muamalah ada dua jenis, yaitu;

1. Syarikah Amlaak, yaitu penguasaan harta secara kolektif, berupa bangunan, barang bergerak atau barang berharga. Yaitu persyarikahan dua orang atau lebih yang dimiliki melalui transaksi jual beli, hadiah, warisan atau yang lainnya. Dalam bentuk syarikah seperti ini kedua belah pihak tidak berhak mengusik bagian rekan kongsinya, ia tidak boleh menggunakannya tanpa seizin rekannya itu.

Baca Juga:  Bagian Warisan Untuk Ayah, Kakek dan Nenek

2. Syarikah Uquud, yaitu persyarikahan dalam transaksi, misalnya, dalam transaksi jual beli atau lainnya. Bentuk syarikah seperti inilah yang hendak kami ulas dalam tulisan kali ini. Dalam syarikah seperti ini, pihak-pihak yang berkongsi berhak menggunakan barang syarikah dengan kuasa masing-masing. Dalam hal ini, seseorang bertindak sebagai pemilik barang, jika yang digunakan adalah miliknya. Dan sebagai wakil, jika barang yang digunakan adalah milik rekannya.