
Pendapat yang kuat adalah, rujuk dikatakan (dianggap) sah dengan perbuatan atau perkataan yang menunjukan rujuknya suami isteri tersebut, baik dengan hubungan suami istri ataupun perkataan.
Isteri yang dithalaq satu dan dua belum dihukumi sebagai orang asing selama masih dalam masa iddah. Isteri menjadi orang asing apabila tidak diruju sampai selesai masa iddahnya.
Thalaq satu diperbolehkan rujuk selama masih dalam masa iddah, maksudnya, selama belum habis masa iddahnya.
Para ulama sepakat bahwa orang yang merdeka (bukan budak), apabila menthalaq dibawah thalaq tiga, maka ia memiliki hak rujuk selama masa iddah. Apabila telah melewati masa iddah, maka sang wanita mempunyai hak pilih dan harus dilakukan pernikahan baru.
Imam Ibnu Hajar rahimahullah menyatakan; “Para ulama telah bersepakat bahwa orang yang merdeka, bila mencerai wanita yang merdeka setelah berhubungan suami isteri, baik thalaq satu atau dua, maka suami tersebut lebih berhak untuk ruju kepadanya, walaupun sang wanita tidak suka. Apabila tidak rujuk sampai selesai masa iddahnya, maka sang wanita menjadi orang asing (ajnabiyah), sehingga tidak halal baginya, kecuali dengan nikah baru”. (Nailul Authar: 6/265-266)








