MOESLIM.ID | Sejarah hijrah Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam ke Madinah memiliki hikmah yang dapat dipetik. Semua ini bermula dari perjalanan Rasulullah berdakwah di Kota Mekkah. Setelah tiga tahun berdakwah sembunyi-sembunyi, Rasulullah mengumumkan syiar Islam di Mekkah. Dakwah adalah perjalanan panjang, tidak selalu berjalan mulus hingga Rasulullah melangsungkan hijrah. Berikut ini adalah sejarah hijrah rasulullah ke Madinah.
Tidak semua orang Mekkah dapat menerima syiar Islam. Bila menerima, maka konsekuensinya adalah mereka harus meninggalkan adat dan tradisi yang telah dilakukan secara turun temurun. Seperti berhenti menyembah berhala, api, pengundian nasib, dan masih banyak lagi. Kaum Quraisy juga khawatir, apabila Islam terus berkembang di Mekkah, dapat menggantikan posisi mereka yang selama ini berkuasa.
Berbagai upaya dilakukan oleh kaum kafir Quraisy untuk menghentikan dakwah Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam, dari cara yang paling halus sampai menggunakan kekerasan. mengusik umat muslim, menyiksa para budak, melemahkan ekonomi umat muslim, hingga membuat Mekkah menjadi tempat yang tidak aman untuk bermukim.
Rasulullah memikirkan bagaimana cara umatnya dapat hidup dengan aman memeluk agama Islam. Ada usulan untuk menghijrahkan seluruh umat muslim ke tempat lain, namun hijrah bukanlah hal yang dapat dilakukan semudah membalikan telapak tangan. Perlu perencanaan, selain itu belum adanya perintah dari Allah SWT untuk melakukan hijrah.
Suatu hari pada tahun kenabian yang ke-12, datang 12 rombongan jamaah haji dari Kota Yastrib bertemu dengan Rasulullah. Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam memberikan dakwah kepada mereka, dan disambut baik. Setelah menerima dakwah dari Rasulullah, 12 jamaah ini menyatakan keislaman dan melakukan bai’at kepada Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam. Bai’at atau perjanjian ini dilakukan di Bukit Aqabah, yang menyatakan kesetiaan kepada Nabi Muhammad SAW serta tidak akan menyekutukan Allah. Berjanji tidak akan membunuh ataupun melakukan perbuatan curang dan dusta.
Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam mengirimkan Mush’ab bin Umair dan Amr bin Ummi Maktum untuk pergi ke Yatsrib, dengan tujuan mensyiarkan Islam, mengajarkan shalat dan nilai-nilai Agama Allah. Pada tahun kenabian ke-13, Rasulullah kembali melakukan bai’at aqabah yang kedua, kepada 73 orang pria dan dua orang wanita dari Yastrib saat tengah malam.
Dalam perjanjian kedua, perjanjian tersebut menyatakan bahwa penduduk Yastrib bersedia untuk melindungi Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam, ikut memajukan dan menyiarkan agama Islam, serta menerima segala risiko.
Setelah Bai’at Aqabah kedua, Rasulullah memerintahkan umat muslim untuk hijrah secara sembunyi-sembunyi dan berkelompok secara bergantian, agar tidak diganggu oleh kaum kafir Quraisy. Hanya Umar bin Khattab saja yang hijrah secara terang-terangan.
Kota Yastrib merupakan nama yang digunakan sebelum ‘Madinah’. Kota di mana terdapat dua suku yang besar, yang selalu bertengkar selama puluhan tahun. Oleh sebab itu disebut sebagai kota Yastrib yang memiliki arti mencela dan menghardik. Saat hijrah, Nabi Muhammad mengganti nama Yastrib menjadi Al Madinah Al Munawwarah, yang artinya ‘Kota yang Bercahaya’.
Informasi umat muslim melakukan hijrah, terdengar sampai ke telinga para penguasa Mekkah. Mereka khawatir kekuatan Umat Islam semakin kuat apabila pindah ke tempat lain, lalu kemudian suatu hari datang menyerang mereka merebut kekuasaan Mekkah. Oleh sebab itu, mereka hendak menggagalkan perkembangan Islam.
Ketika seluruh umat muslim telah keluar Mekkah, tinggal Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam dan Abu Bakar yang belum keluar dari Mekkah. Kaum kafir Quraisy berencana menghentikan syiar Islam dengan membunuh Nabi Muhammad.
Pada suatu malam, orang Quraisy hendak menghampiri rumah Nabi Muhammad untuk membunuhnya. Namun, sebelum itu terjadi, Nabi Muhammad telah meminta Ali bin Abi Thalib untuk pura-pura berbaring menggunakan mantelnya di Rumah Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam, dan kemudian pergi diam-diam ke rumah Abu Bakar. Sebelumnya Abu Bakar telah menyiapkan dua ekor unta untuk mereka pergi ke Madinah. Namun, Nabi Muhammad lebih memilih cara lain untuk pergi ke sana.
Pada malam hari, Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam dan Abu Bakar pergi bertolak ke arah selatan menuju Gua Tsur, tempat persembunyiannya. Tidak ada seorang pun yang tahu tempat persembunyian mereka kecuali Abdullah bin Abu Bakar, Aisyah dan Asma binit Abu Bakar, serta Amir bin Fuhairah.
Dalam proses perjalanan sejarah hijrah Rasulullah ke Madinah, orang-orang Quraisy terus menyusuri Mekkah dan sekitarnya, niat mereka untuk membunuh Nabi Muhammad sangat besar. Saat mereka tiba di depan Gua Tsur, kemudian berpapasan dengan seorang gembala, dan bertanya kepadanya.
“Apakah kau melihat Muhammad dan pengikutnya?”
“Mungkin saja mereka ada di dalam gua itu, tapi saya tidak melihat ada orang yang menuju ke sana.” jawab si Gembala.
Salah satu dari orang Quraisy mendekati mulut Gua Tsur dan kembali turun lagi. Kawan-kawannya bertanya, kenapa tidak melihat masuk ke dalam gua.
Orang tersebut menjawab, “Ada sarang laba-laba di gua itu yang masih utuh, tidak rusak, dan memang sudah ada sejak Muhammad lahir. Aku juga melihat dua ekor burung di gua, jadi aku tahu tidak ada orang di dalam gua.”
Kaum Quraisy sama sekali tidak tahu, bahwa di dalam Gua Tsur ada Rasulullah yang sedang berdoa dan Abu Bakar yang sedang ketakutan, mendekatkan dirinya ke Nabi Muhammad. “La Tahzan Innallaha Ma’ana.” bisik Rasulullah di telinga Abu Bakar yang artinya jangan bersedih, Allah bersama kita.
Sarang laba-laba dan dua ekor burung tersebut merupakan kuasa Allah yang telah dijelaskan dalam firman-Nya Al Qur’an Surat Al Anfal ayat 30 yang berbunyi, “Dan (ingatlah), ketika orang-orang kafir (Quraisy) memikirkan daya upaya terhadapmu untuk menangkap dan memenjarakanmu atau membunuhmu, atau mengusirmu. Mereka memikirkan tipu daya dan Allah menggagalkan tipu daya itu. Dan Allah sebaik-baik Pembalas tipu daya.”
Allah memberikan tipu daya yang kepada Kaum Quraisy, sehingga mereka tidak dapat menangkap Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam dan Abu Bakar. Melalui peristiwa ini, Allah juga menguatkan mental Nabi Muhammad dan Abu Bakar untuk melanjutkan hijrah ke Madinah.
Pada hari ke-3, Asma puteri Abu Bakar datang menemui mereka untuk memberikan perbekalan. Kemudian Rasulullah dan Abu Bakar berangkat ke Madinah melalui jalan yang tidak biasa dilalui orang, bersama Abdullah bin Uraiqit, sebagai penunjuk jalan. Mereka menuju Tihama, daerah dekat laut merah. Berjalan siang malam tanpa kenal lelah hingga tiba di Madinah dan disambut dengan penuh kerinduan oleh Umat Muslim.
Ketika tiba di Madinah, banyak orang yang meminta Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam untuk tinggal di rumahnya. Namun Rasulullah membiarkan untanya memilih rumah. Hingga berhenti di sebuah rumah punya dua anak yatim, Sahl dan Suhail bin Amr. Di situlah Rasulullah tinggal dan membangun Masjid pertama di Madinah.(*)
Referensi Lainnya, klik: https://www.jabarnews.com