
Ayat-ayat Al Qur’an yang menerangkan sifat uluw (tinggi) bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala sangatlah banyak. Di antaranya firman Allah Ta’ala:
أَأَمِنْتُمْ مَنْ فِي السَّمَاءِ أَنْ يَخْسِفَ بِكُمُ الْأَرْضَ فَإِذَا هِيَ تَمُورُ
“Apakah kamu merasa aman terhadap Allah yang di langit bahwa Dia menjungkirbalikkan bumi bersama kamu, sehingga dengan tiba-tiba bumi itu bergoncang”. (QS. Al Mulk: 16)
Maksud Dzat yang berada di dalam langit ialah Dzat yang berada di atasnya. Jadi, Allah Subhanahu wa Ta’ala berada di atas langit dan bukan di dalamnya. Karena jumlah langit adalah tujuh, maka Allah Subhanahu wa Ta’ala berada di atas langit ke tujuh.
Tempat Arasy berada di atas langit tujuh. Maka, Allah Subhanahu wa Ta’ala bersemayam di atas Arasy tersebut sesuai dengan kesempurnaan-Nya, sedangkan ilmu-Nya meliputi segala tempat.
Imam Syafi’i rahimahullah mengatakan: “Konsep ajaran Islam yang aku pegangi dan dipegangi orang-orang yang aku ketahui, semisal Sufyan Ats Tsauri, Malik dan lainnya, ialah pengakuan terhadap persaksian bahwasanya tidak ada sesembahan yang berhak diibadahi selain Allah, dan sesungguhnya Muhammad adalah utusan Allah. Sesungguhnya Allah di atas Arasy, mendekati makhluk-makhluk-Nya sesuai dengan kehendak-Nya, dan turun ke langit bumi sesuai dengan kehendak-Nya”. (Mukhtashar Uluw).(*)