
Namun pendapat yang lebih kuta (rajih) adalah pendapat pertama, karena keumuman ayat di atas menunjukkan bahwa semua perkataan itu dicatat oleh malaikat. (Tafsir Al Qur’n Al Adzim, 7/398)
Allah mengetahui segalanya, tidak ada yang tersembunyi sesuatu pun dari-Nya. Adapun Dia memerintahkan malaikat-Nya untuk mencatat amalan manusia adalah karena ada hikmah lain di balik itu.
Hikmah tersebut adalah untuk menegakkan hujjah atau sebagai bukti atas manusia kelak pada hari kiamat bahwa ia pernah berkata dan berbuat demikian dan demikian, sehingga manusia tidak dapat mengingkarinya karena ada bukti catatan amalnya.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَنُخْرِجُ لَهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ كِتَابًا يَلْقَاهُ مَنْشُورًا ﴿١٣﴾ اقْرَأْ كِتَابَكَ كَفَىٰ بِنَفْسِكَ الْيَوْمَ عَلَيْكَ حَسِيبًا
“Dan Kami keluarkan baginya pada hari kiamat sebuah kitab (catatan amal) yang dijumpainya terbuka. ‘Bacalah kitabmu, cukuplah dirimu sendiri pada waktu ini menghitung amalanmu sendiri’.” (QS. Al Isra: 13-14)
Dua malaikat pencatat amal manusia itu berada di sebelah kanan dan kirinya. Di sebelah kanan pencatat amalan baik, dan di sebelah kiri pencatat amalan buruk.
Kedekatan malaikat tersebut tetap lebih dekat kepada manusia dari urat lehernya meski posisi mereka berada di sebelah kanan dan kiri. Wallahu A’lam(*)