
قُلْ لَا أَجِدُ فِي مَا أُوحِيَ إِلَيَّ مُحَرَّمًا عَلَىٰ طَاعِمٍ يَطْعَمُهُ إِلَّا أَنْ يَكُونَ مَيْتَةً أَوْ دَمًا مَسْفُوحًا أَوْ لَحْمَ خِنْزِيرٍ فَإِنَّهُ رِجْسٌ أَوْ فِسْقًا أُهِلَّ لِغَيْرِ اللَّهِ بِهِ
“Katakanlah: ‘Tiadalah aku peroleh dalam wahyu yang diwahyukan kepadaku, sesuatu yang diharamkan bagi orang yang hendak memakannya, kecuali kalau makanan itu bangkai, atau darah yang mengalir atau daging babi (karena sesungguhnya semua itu kotor) atau binatang disembelih atas nama selain Allah’.” (QS. Al An’am: 145)
Adapun dari Sunnah Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam, yaitu hadits Ibnu Abbas Radhiyallahu anhu, ia berkata;
وَجَدَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ شَاةً مَيِّتَةً أُعْطِيَتْهَا مَوْلَاةٌ لِمَيْمُونَةَ مِنْ الصَّدَقَةِ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ هَلَّا انْتَفَعْتُمْ بِجِلْدِهَا قَالُوا إِنَّهَا مَيْتَةٌ قَالَ إِنَّمَا حَرُمَ أَكْلُهَا
“Nabi Shallallahu alaihi wasallam mendapati seekor bangkai kambing yang diberikan dari shodaqah untuk maula (bekas budak) milik Maimunah, lalu Nabi bersabda: ‘Mengapa tidak kalian manfaatkan kulitnya?’. Mereka menjawab, ‘Ini adalah bangkai’, beliau bersabda, ‘Yang diharamkan hanyalah memakannya’.” (Muttafaqun Alaihi)
Kaum muslimin sepakat tentang larangan memakan bangkai dalam keadaan tidak darurat. Semua hukum memakan bangkai diatas berlaku pada semua bangkai kecuali dua jenis, yaitu bangkai hewan laut dan belalang.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman;
أُحِلَّ لَكُمْ صَيْدُ الْبَحْرِ وَطَعَامُهُ مَتَاعًا لَكُمْ
“Dihalalkan bagimu binatang buruan laut dan makanan (yang berasal) dari laut sebagai makanan yang lezat bagimu”. (QS. Al Maidah: 96)