Hukum Shalat Idul Adha Menurut Ulama, Wajib Atau Sunnah?

Ilustrasi shalat Idul Adha. (Foto: Net)

Maka hal itu seperti dalam firman Allah Subhanahu wa Ta’ala;

قُلْ إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ

“Katakanlah: Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.” (QS. Al An’am:162)

Yang memilih makna ayat ini adalah Ibnu Jarir. 12/724 dan Ibnu Katsir, 8/502. Dengan demikian, maka ayat ini tidak dapat dijadikan dalil wajibnya shalat Id.

Sesungguhnya Nabi Shallallahu alaihi wasallam memerintahkan keluar (untuk shalat), bahkan beliau memerintahkan juga para wanita untuk keluar (untuk shalat).

Baca Juga:  Indeks Literasi Al Qur'an Menempati Kategori Tinggi

Diriwayatkan dari Ummu Atiyyah Radhiyallahu anha, dia berkata,

أَمَرَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ نُخْرِجَهُنَّ فِي الْفِطْرِ وَالأَضْحَى الْعَوَاتِقَ وَالْحُيَّضَ وَذَوَاتِ الْخُدُورِ ، فَأَمَّا الْحُيَّضُ فَيَعْتَزِلْنَ الصَّلاةَ وَيَشْهَدْنَ الْخَيْرَ وَدَعْوَةَ الْمُسْلِمِينَ . قُلْتُ : يَا رَسُولَ اللَّهِ ، إِحْدَانَا لا يَكُونُ لَهَا جِلْبَابٌ . قَالَ : لِتُلْبِسْهَا أُخْتُهَا مِنْ جِلْبَابِهَا

“Rasulullah sallallahu alaihi wasallam memerintahkan kami untuk keluar di hari raya Idul Fitri dan Idul Adha. Baik wanita yang baru balig, wanita sedang haid dan wanita perawan. Sementara orang yang haid dipisahkan dari (tempat) shalat. Agar mereka dapat menyaksikan kebaikan dan doa umat Islam.” Saya berkata, ‘Wahai Rasulullah, ada di antara kami yang tidak mempunyai jilbab.” Beliau mengatakan, “Sebaiknya saudara perempuannya memberinya jilbab”. (HR. Bukhari: 324 dan Muslim: 890)

Baca Juga:  Islam di Kepulauan Solomon, Apa Hubungannya Dengan Indonesia?

Kata ‘Al Awatiq’ adalah jamak dari kata ‘Atiq’ yaitu wanita yang telah atau hampir balig atau layak untuk menikah. Kata ‘Dzawatil Khudur’ adalah para perawan. Berdalil dengan hadits ini tentang kewajiban shalat Id, lebih kuat dari ayat tadi.