Korupsi dan Mendzalimi Rakyat, Siksanya Berat di Akhirat

Korupsi dan mendzalimi rakyat, siksanya berat di akhirat. (Foto: Net)

Makna hadits diatas adalah bahwa pemimpin yang tidak mau menemui dan mengurusi rakyatnya yang memiliki kebutuhan-kebutuhan, maka Allah Azza wa Jalla juga tidak akan menemui dan mengurusi kebutuhan-kebutuhannya.

Hadits diatas menunjukkan kebijakan Mu’awiyah Radhiyallahu anhu akan taatnya terhadap agama yang dianutnya. Begitu mendengar hadits Nabi Shallallahu alaihi wasallam, dia langsung mengamalkannya.

Karena kasih sayang kepada umatnya, Nabi Shallallahu alaihi wasallam mendoakan kebaikan untuk penguasa yang berbuat baik kepada rakyatnya, dan mendoakan keburukan buat penguasa yang berbuat buruk kepada rakyatnya.

Baca Juga:  Keutamaan Orang Miskin yang Taqwa dan Sabar

Beliau Shallallahu alaihi wasallam berdoa:

اللهُمَّ، مَنْ وَلِيَ مِنْ أَمْرِ أُمَّتِي شَيْئًا فَشَقَّ عَلَيْهِمْ، فَاشْقُقْ عَلَيْهِ، وَمَنْ وَلِيَ مِنْ أَمْرِ أُمَّتِي شَيْئًا فَرَفَقَ بِهِمْ، فَارْفُقْ بِهِ

“Wahai Allah, barangsiapa mengurusi sesuatu dari urusan umatku, lalu dia menyusahkan mereka, maka susahkanlah dia, dan barangsiapa mengurusi sesuatu dari urusan umatku, lalu dia bersikap lembut kepada mereka, maka bersikaplah lembut kepadanya”. (HR. Muslim no. 1828)

Imam Nawawi rahimahullah menjelaskan hadits ini dengan menyatakan, “Sabda Beliau ini termasuk larangan yang sempurna agar penguasa tidak menyusahkan manusia (rakyat), dan anjuran paling agung untuk bersikap lembut kepada mereka. Banyak hadits-hadits yang semakna dengan ini” (Syarah Nawawi, 12/213)