
Penetapan ini dibuat, dengan maksud agar tidak tasyabbuh dengan orang-orang kafir. Karena para sahabat memahami, bahwa tasyabbuh hanya akan mendorong sikap penghormatan dan kecintaan kepada orang-orang kafir.
Allah Azza wa Jalla berfirman:
وَمَنْ يَتَوَلَّهُمْ مِنْكُمْ فَإِنَّهُ مِنْهُمْ
“Dan barangsiapa di antara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka”. (Al Maidah: 51)
Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam memperingatkan umatnya untuk tidak bersikap tasyabbuh dengan orang-orang kafir. Di antaranya, orang-orang Yahudi dan Nashara membangun masjid-masjid (tempat beribadah mereka) di atas kuburan.
Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam juga melarang umatnya dari sikap ghuluw atau berlebih-lebihan dalam memuji diri Nabi, karena beliau mengetahui bahwa kaum Nashara telah berbuat ghuluw kepada Al Masih Isa ibnu Maryam, sehingga pada puncaknya, kaum Nashara menjadikan Isa sebagai ilah (sesembahan) selain Allah.
Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam bersabda:
لَا تُطْرُونِي كَمَا أَطْرَتْ النَّصَارَى ابْنَ مَرْيَمَ فَإِنَّمَا أَنَا عَبْدُهُ فَقُولُوا عَبْدُ اللَّهِ وَرَسُولُهُ
“Janganlah kalian bersikap berlebih-lebihan kepadaku sebagaimana kaum Nashara telah berlebih-lebihan kepada Isa ibnu Maryam. Saya hanyalah seorang hamba, maka katakanlah hamba Allah dan utusan-Nya”.
Dalam keseharian, seperti pakaian, cara berjalan, duduk, pemberian nama dan sebagainya yang merupakan syi’ar, juga tidak luput dari perhatian Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam, agar umatnya tidak tasyabbuh dengan orang-orang kafir.