
Keberadaan umat Muslim di Latvia pertama kali tercatat pada abad ke-19. Umat Muslim ini sebagian besar adalah orang-orang Tatar dan Turki yang dibawa ke Latvia tanpa persetujuan mereka; mereka termasuk tawanan perang Turki dari Perang Krimea dan Perang Rusia-Turki tahun 1877.
Setelah penembakan Charlie Hebdo pada awal tahun 2015, Oleg Petrov, kepala Pusat Kebudayaan Islam Latvia, mengemukakan bahwa Islam melarang pembunuhan warga sipil yang tidak bersalah, tetapi menyatakan keyakinannya bahwa tim redaksi tetap pantas dihukum, meskipun dengan cara yang tidak terlalu berat.
Pada tanggal 29 Maret 2015, Pusat Kebudayaan Islam menyatakan kekhawatirannya terhadap Islamofobia yang berkembang di Latvia setelah sebuah masjid di Riga disemprot dengan grafiti.
Saat ini, Latvia menjadi anggota Uni Eropa. Isu imigran belakangan semakin menguat. Muncul kekhawatiran masuknya imigran dari Turki dan negara Muslim lainnya. Padahal, mereka yang datang hanya mahasiswa asing. Sedangkan mereka yang menjadi imigran gelap telah ditahan.
Kehadiran Islam sebagai agama di Latvia sejauh ini masih tidak terlihat. Satu- satunya masjid hanya terletak di Jalan Brivibas 104, Riga.(*)