
Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam menjelaskan tentang maksud dengan nikmat duniawi, seperti keselamatan, sehat, terhindar dari marabahaya dan lain sebagainya. Sementara ucapan alhamdullillah adalah nikmat agama.
Keduanya adalah nikmat dari Subhanahu wa Ta’ala. Akan tetapi, nikmat Allah kepada hamba-Nya berupa hidayah kepadanya untuk mensyukuri nikmat-Nya dengan membaca alhamdullillah lebih utama daripada nikmat-nikmat duniawi yang dilimpahkan-Nya kepada hamba-Nya.
Abu Hazim rahimahullah berkata; “Setiap nikmat yang tidak mendekatkan diri kepada Allah, maka akan menjadi sumber petaka”. (Jami Al Ulumi wal Hikam: 2/82-82)
Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan; “Nikmat bersyukur lebih agung daripada nikmat harta, kedudukan, anak, istri dan lainnya”. (Iddatush Shabirin hlm. 169)
Apabila Allah memberi taufik seorang hamba untuk mensyukuri nikmat-nikmat duniawi dengan membaca memuji-Nya (membaca alhamdullillâh) atau bentuk-bentuk syukur lainnya, maka nikmat ini akan menjadi lebih baik dari nikmat-nikmat tersebut dan lebih dicintai oleh Allah daripada nikmat-nikmat duniawi.
Seseorang yang dikarunia taufik untuk bersyukur dengan membaca alhamdulillah, dan alhamdulillah itu sendiri juga anugerah dari Allah, seandainya tidak ada taufik oleh Allah dan bantuan dari-Nya, maka hamba tersebut tidak akan mampu untuk memuji-Nya.(*)