Taubat Sambal, Bagaimana Kita Menyikapinya?

MOESLIM.ID | Taubat adalah kembali taat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan menyesal dengan bersungguh-sungguh terhadap dosa yang telah dilakukan, baik dosa besar maupun dosa kecil serta memohon ampunan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Setiap individu diperintahkan bertaubat untuk menyucikan diri dari dosa besar dan kecil, baik yang dilakukan dengan sengaja maupun tidak.

Hukum bertaubat adalah wajib akan dosa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala maupun dosa kepada sesama manusia. Jika dosa itu berkaitan dengan manusia, hendaklah meminta maaf kepada manusia tersebut. Sekiranya dosa itu berkaitan dengan harta benda, hendaklah dikembalikan harta tersebut kepada pemiliknya.

Bertaubat kepada Allah hendaklah dilakukan dengan bersungguh-sungguh dan hati yang ikhlas, karena taubat yang tidak ikhlas tidak mendatangkan apa-apa. Taubat yang terbaik adalah taubat yang penuh penyesalan (nashuha), serta rasa rendah diri kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Lalu, ada sebuah pertanyaan, orang berbuat maksiat lalu taubat, kemudian bermaksiat lagi, kemudian taubat lagi, alias taubat sambal, apakah taubatnya diterima?. Berikut penjelasannya,

Sungguh Allah Ta’ala telah melapangkan dan melonggarkan serta memberi kesempatan yang seluas-luasnya kepada kita untuk bertaubat kepada-Nya. Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam bersabda:

Baca Juga:  Durhaka Kepada Kedua Orang Tua, Inilah Balasannya

إِنَّ اللهَ يَبْسُطُ يَدَهُ بِاللَّيْلِ لِيَتُوْبَ مُسِيْءُ النَّهَارِ ، وَبِالنَّهَارِ لِيَتُوْبَ مُسِيْءُ اللَّيْلِ

Sungguh, Allah meluaskan tangan-Nya pada malam hari untuk menerima taubat dari hamba yang bermaksiat di siang hari. Dan Allah meluaskan tangan-Nya pada siang hari untuk menerima taubat dari hamba yang bermaksiat di malam hari” (HR. Muslim no.7165)

Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam juga bersabda:

إِنَّ اللهَ يَقْبَلُ تَوْبَةَ الْعَبْدِ مَا لمَ ْيُغَرْغِرْ

Sungguh Allah menerima taubat hamba-Nya selama nyawa belum sampai di kerongkongan”. (HR. At Tirmidzi, 3880)

Kemudian Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam juga telah mengabarkan kepada kita kisah seorang lelaki yang telah membunuh 99 orang:

فَدُلَّ عَلَى رَاهِبٍ فَأَتَاهُ فَقَالَ إِنَّهُ قَتَلَ تِسْعَةً وَتِسْعِينَ نَفْسًا فَهَلْ لَهُ مِنَ تَوْبَةٍ فَقَالَ لاَ. فَقَتَلَهُ فَكَمَّلَ بِهِ مِائَةً ثُمَّ سَأَلَ عَنْ أَعْلَمِ أَهْلِ الأَرْضِ فَدُلَّ عَلَى رَجُلٍ عَالِمٍ فَقَالَ إِنَّهُ قَتَلَ مِائَةَ نَفْسٍ فَهَلْ لَهُ مِنْ تَوْبَةٍ فَقَالَ نَعَمْ وَمَنْ يَحُولُ بَيْنَهُ وَبَيْنَ التَّوْبَةِ

Baca Juga:  Hukum Berjabat Tangan Dengan Selain Mahram

Lelaki tersebut ditunjukkan kepada seorang ahli ibadah, ia mendatanginya dan bertanya: ‘Aku telah membunuh 99 orang. Apakah aku masih bisa bertaubat?’. Ahli ibadah tadi berkata: ‘Tidak’. Lelaki tersebut pun membunuhnya hingga genaplah 100 orang. Kemudian ia bertanya kepada penduduk yang paling alim, dan ia pun ditunjukkan kepada seorang ulama. Ia kemudian bertanya: ‘Aku telah membunuh 100 orang. Apakah aku masih bisa bertaubat?’. Ulama tadi berkata: ‘Ya. Memangnya siapa yang bisa menghalangimu untuk mendapatkan taubat?’” (HR. Muslim, no.7184)

Maka siapakah yang bisa menghalangi anda dari taubat, saudaraku? Kesempatan selalu terbuka lebar!.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ

Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik dan mengampuni dosa selain syirik bagi siapa yang Allah kehendaki”. (QS. An Nisa: 4)

Bahkan dosa syirik! Ketika seorang musyrik bertaubat kepada Allah dan ia kembali ke jalan Allah Ta’ala, maka tidak ada yang dapat menghalangi ia dari Allah. Bahkan, Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam mengabarkan bahwa orang musyrik dari kalangan ahlul kitab yang bertaubat, ia mendapat dua pahala dari taubatnya.

Baca Juga:  Hukum Mencukur Alis Mata Bagi Wanita dan Pria

Memang demikianlah sifat dasar manusia, berbuat kesalahan tidak hanya sekali namun berkali-kali. Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam bersabda:

كُلُّ ابْنِ آدَمَ خَطَّاءٌ وَخَيْرُ الْخَطَّائِينَ التَّوَّابُونَ

Setiap manusia pasti banyak berbuat salah, dan sebaik-baik orang yang berbuat salah adalah orang yang sering bertaubat”. (HR. At Tirmidzi no. 2687)

Perhatikan dalam hadits ini digunakan kata خطاء yang artinya: banyak berbuat salah. Namun kata Nabi setelah itu, “sebaik-baik orang yang berbuat salah adalah orang yang sering bertaubat”. Ini isyarat bahwa orang yang dosanya banyak, termasuk orang yang mengulang dosa yang sama setelah taubat, tetap akan diterima taubatnya.

Dengan demikian, teruslah istiqamah menjauhi maksiat dan terus bertaubat kepada Allah, semoga kita dimatikan di atas kebaikan. Wallahu A’lam.(dzn)

Referensi Lainnya, klik: https://www.jabarnews.com