Moeslim.id | Setelah khalifah Umar bin Abdil Aziz membersihkan tangannya usai menghadiri pemakaman putra pamannya yakni khalifah Sulaiman bin Abdul Malik, ia mengadakan pergantian para gubernur dan pejabat secara besar-besaran.
Di antara pejabat baru yang dilantik adalah As Samah bin Malik Al Khaulani yang bertanggung jawab atas seluruh Andalusia (sekarang Spanyol dan Portugal) dan beberapa kota yang telah ditaklukkannya di Prancis.
Gubernur baru ini segera menempati tempat dinasnya di Spanyol. Kemudian mengamati situasi dan mencari sahabat-sahabat baik yang bisa membantunya. Yang pertama kali ia tanyakan adalah; “Masih adakah generasi tabi’in senior di sini?”. Orang-orang menjawab; “Masih, di sini masih ada seorang tabi’in utama bernama Abdurrahman Al Ghafiqi”.
Lalu mereka memuji ilmu dan keahlian tabi’in tersebut tentang hadis-hadis Nabi shallallahu alaihi wasallam, perannya dalam jihad, kerinduannya akan syahadah fi sabillah dan zuhud terhadap kesenangan dunia. Beliau juga berguru kepada sahabat utama, Abdullah bin Umar bin Khaththab yang ilmu dan perilakunya sangat mirip dengan ayahnya.
Gubernur as-Samah bin Malik segera mengundang Abdurrahman al-Ghafiqi. Kedatangan tokoh tabi’in tersebut disambut dengan penuh hormat, kemudian keduanya duduk berdampingan itu akhirnya menyerah setelah selama empat pekan bertahan dalam pertempuran dahsyat yang belum pernah disaksikan oleh Eropa.









