Abu Dzar Al Ghifari, Sahabat Nabi yang Zuhud dan Setia

Ilustrasi sahabat Abu Dzar Al Ghifari. (Foto: Net)

Abu Dzar kemudian tinggal di Syam dengan gubernurnya, Muawiyah bin Abi Sufyan. Syam adalah tanah kaum muslimin yang paling subur dan yang terbaik. Sementara Abu Dzar terus menyerukan pendapatnya tentang ayat tersebut.

Muawiyah khawatir kedudukan Abu Dzar sebagai sahabat senior akan memperngaruhi banyak orang. Sehingga berdampak pada stabilitas pemerintahan. Namun ia segan. Ia menaruh hormat besar pada Abu Dzar.

Utsman kemudian mengundang Abu Dzar datang ke Madinah. Terjadilah diskusi panjang antara sahabat utama ini. Di akhir diskusi, Abu Dzar berkata, “Aku tak butuh dengan dunia kalian ini”. Abu Dzar meminta dengan hormat kepada Utsman untuk mengasingkan diri di Rabadzah, lalu Utsman mengizinkannya.

Baca Juga:  Kisah Alqamah yang Durhaka Kepada Ibunya, Fiktif Atau Nyata?

Abu Dzar Al Ghifari radhiallahu anhu wafat di pengasingan di Rabadzah pada tahun 32 H/652 M. Dan ini sekaligus membuktikan mukjizat kerasulan Muhammad shallallahu alaihi wasallam. Sebagaimana beliau bersabda tentang Abu Dzar;

رحم الله أبا ذَرّ، يمشي وحده، ويموت وحده، ويبعث وحده

“Semoga Allah merahmati Abu Dzar. Dia berjalan sendirian. Wafat dalam kondisi sendirian. Dan dibangkitkan sendirian”.(*)