MOESLIM.ID | Kisahnya berawal dari perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada ibu nabi Musa untuk memasukkan bayi (Musa) ke peti dan menghanyutkannya ke sungai Nil, lalu sungai itu membawanya ke tepi dan diambil oleh istri Fir’aun.
Allah Subhanahu wa Ta’ala melimpahkan kasih sayang-Nya dan akhirnya Musa diasuh dalam pengawasan Allah di istana Fir’aun yang merupakan manusia ingkar dan sombong.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman;
فَالْتَقَطَهُ آلُ فِرْعَوْنَ لِيَكُونَ لَهُمْ عَدُوًّا وَحَزَنًا ۗ إِنَّ فِرْعَوْنَ وَهَامَانَ وَجُنُودَهُمَا كَانُوا خَاطِئِينَ وَقَالَتِ امْرَأَتُ فِرْعَوْنَ قُرَّتُ عَيْنٍ لِي وَلَكَ ۖ لَا تَقْتُلُوهُ عَسَىٰ أَنْ يَنْفَعَنَا أَوْ نَتَّخِذَهُ وَلَدًا وَهُمْ لَا يَشْعُرُونَ
“Maka dipungutlah ia oleh keluarga Fir’aun yang akibatnya dia menjadi musuh dan kesedihan bagi mereka. Sesungguhnya Fir’aun dan Haman beserta tentaranya adalah orang-orang yang bersalah. Dan berkatalah isteri Fir’aun; ‘(Ia) adalah penyejuk mata hati bagiku dan bagimu. janganlah kamu membunuhnya, Mudah-mudahan ia bermanfaat kepada kita atau kita ambil ia menjadi anak’, sedang mereka tiada menyadari”. (QS. Al Qhashas: 8-9)
Setelah istri Fir’aun membuka peti tersebut, ia melihat wajah bayi (Musa) yang bersinar cerah dengan cahaya kenabian. Pada saat melihatnya, ia begitu menyukai dan mencintainya.
Ketika Fir’aun datang, dia bertanya, ‘Apa ini?’ dan memerintahkan agar anak itu dibunuh, istrinya meminta anak itu kepada Fir’aun dan membelanya, dengan mengatakan,’Ia adalah penyejuk hati bagiku dan bagimu, janganlah kamu membunuhnya, mudah-mudahan ia bermanfaat bagi kita atau kita ambil ia menjadi anak’.









