
Kemudian Fir’aun berkata kepadanya, ‘Bagimu mungkin bermanfaat, namun bagiku tidak. Maksudnya, aku tidak membutuhkan dan tidak ada kepentingan dengannya’. Ucapan Asiyah, “Mudah-mudahan anak ini bermanfaat bagi kita”, ucapan ini sudah menjadi nyata.
Allah telah menganugrahkan manfaat yang diharapkannya itu. Di dunia, ia mendapatkan petunjuk melalui anak tersebut, sedangkan di akhirat, ia menempati surga juga karenanya.
Setelah nabi Musa dewasa, ketika terjadi pertarungan antara tukang sihir Fir’aun dengan Nabi Musa, Asiyah ikut menyaksikan seraya berdoa kepada Allah untuk kemenangan Musa melawan Fir’aun dan tukang sihirnya.
Pengikut Fir’aun yang melihatnya menyangka bahwa dia mencurahkan perhatiannya karena rasa simpatinya terhadap Fir’aun dan pengikutnya, padahal sesungguhnya kegundahannya dan harapan (kemenangan) hanya kepada Musa.
Fir’aun kemudian mengetahui keimanan istrinya (Asiyah) dan bergegas keluar menemui para pembesarnya, dia berkata kepada mereka, “Apa yang kalian ketahui tentang Asiyah”. Mereka pun memuji dan menyebutkan kebaikannya (Asiyah).








