Moeslim.id | Ayah Imam Asy Syafi’i wafat dalam usia muda. Ibunya lah yang membesarkan, mendidik, dan memperhatikannya hingga kemudian Muhammad bin Idris Asy Syafi’i menjadi seorang imam besar.
Ibunya membawa Imam Asy Syafi’i kecil hijrah dari Gaza menuju Mekah. Lalu di Mekah, ia mempeljari Al Quran dan berhasil menghafalkannya saat berusia 7 tahun.
Kemudian sang ibu mengirim anaknya ke pedesaan yang bahasa Arabnya masih murni. Sehingga bahasa Arab pemuda Quraisy ini pun jadi tertata dan fasih.
Setelah itu, ibunya memperhatikannya agar bisa berkuda dan memanah. Jadilah ia seorang pemanah ulung. 100 anak panah pernah ia muntahkan dari busurnya, tak satu pun meleset dari sasaran.
Dengan taufik dari Allah subhanahu wa Ta’alan kemudian kecerdasan dan kedalaman pemahamannya, saat ia baru berusia 15 tahun, Imam asy-Syafi’i sudah diizinkan Imam Malik untuk berfatwa.