Imam Malik, Bintangnya Ilmu Hadits dan Fiqih (1)

Ilustrasi seseorang di gurun pasir. (Foto: Net)

Imam Malik menghafal Al Qur’an Karim semenjak awal kehidupannya sebagaimana kebiasaan yang banyak dilakukan keluarga muslim, lalu ia beranjak untuk menghafal hadits, ia mendapati lingkungannya kondusif dan memberikan semangat.

Ketika ia mengutarakan keinginannya kepada ibunya untuk mencari ilmu dan membukukannya, ia mengenakan pakaian yang paling bagus, dengan surban di kepalanya, lalu ia berkata: “Pergilah dan tulislah sekarang”, ia juga berkata: “Pergilah ke Rabi’ah dan belajarlah sopan santunnya sebelum ilmunya”.

Sebagian ulama atsar berkata; “Imamnya manusia setelah Umar adalah Zaid bin Tsabit, dan setelah itu adalah Abdullah bin Umar, dan yang belajar dari Zaid sebanyak 21 orang laki-laki, kemudian semua ilmu mereka mengerucut kepada tiga orang: Ibnu Syihab, Bakir bin Abdullah dan Abu Zinad, dan ilmu mereka bertiga mengerucut kepada Malik bin Anas”.

Baca Juga:  Kisah Al Khansa Binti Amr, Ibunya Para Mujahid

Imam Malik sangat menghormati hadits Rasulullah shallallahu alaihi wasallam hingga ia pernah ditanya; “Apakah anda pernah mendengar dari Malik bin Dinar?”. Imam Malikmenjawab; “Saya melihat beliau menyampaikan hadits sedangkan masyarakat menulisnya sambil berdiri, maka saya tidak suka menulis hadits Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dengan berdiri”.

Setelah Imam Malik menyempurnakan belajarnya tentang atsar (hadits) dan fatwa, ia mulai mengajar di Masjid Nabawi untuk mengamalkan ilmunya, ia memulai berfatwa pada umur 17 tahun.

Baca Juga:  Ibnu Umar, Sosok Peniru Sejati Rasulullah

Bersambung… (*)