
Ketika itu, istriku yang menemaniku. Melihat kehadiran ibuku, dia mengusirnya sebelum sempat menemui anaknya; “Anakmu tidak ada di sini… Apa yang kamu inginkan dari kami… menjauhlah dari kami!!”. Ibuku tertatih kembali tanpa sempat menemuiku.
Keluarlah aku dari rumah sakit, setelah opname dalam waktu yang lama. hanya saja, sekarang kondisiku berbalik. Aku kehilangan pekerjaan dan rumah. utangpun mulai bertumpuk. Semua itu disebabkan istriku yang selalu menuntut materi dan materi.
Sampai di puncak kesusahan, istriku mulai tidak betah; “Karena kamu sudah kehilangan pekerjaan, harta, dan posisimu di masyarakat, mulai saat ini aku tegaskan di hadapanmu; Ceraikan aku!”.
Ibarat petir yang menyambar kepalaku, akupun mentalaknya. Namun, di balik ini muncul hikmah yang besar. Aku mulai terbangun dari keterlenaan.
Akupun pergi tak tentu arah. Tekadku hanya satu, bisa kembali ke ibuku. Aku harus cari ibuku. sampai akhirnya, aku berhasil menemukannya. Tahukah anda, di mana ibuku? Di yayasan penampungan orang tidak mampu. Ia hidup dengan sedekah dari para aghniya (orang mampu).