Kisah Kontroversi Hajjaj Bin Yusuf Ats Tsaqafi (1)

Ilustrasi Irak jaman dulu (Mesopotamia). Foto: Net)

Saat Abdullah bin Zubair radhiallahu anhu memproklamirkan diri menjadi khalifah di Mekah tahun 64 hijriyah atau 683 M setelah wafatnya Yazid bin Muawiyah, ia berhasil mencuri perhatian masyarakat dunia Islam karena latar belakangnya anak dari sepupu Rasulullah, cucu dari Abu Bakar Ash Shiddiq, dan salah satu sahabat Nabi yang paling banyak meriwayatkan hadis.

Saat itu nyaris hanya Yordania saja yang memberikan loyalitas penuh kepada kekhilafahan Bani Umayyah. Marwan bin Hakam sebagai pengganti Yazid bin Muawiyah hanya mampu mengamankan Mesir dari pengaruh Abdullah bin Zubair.

Baca Juga:  Kisah Singkat Nabi Idris yang Ada di Langit Ke-Empat

Kemudian diangkatlah Abdul Malik bin Marwan sebagai pewaris tahta. Untuk membereskan masalah dengan Abdullah bin Zubair, Abdul Malik melirik Hajjaj bin Yusuf karena Hajjaj dikenal sebagai orang yang keras, memiliki karakter kepemimpinan yang kuat, dan pantang menyerah.

Kekuatan Abdullah bin Zubair pun bias didesak sehingga kekuasaannya hanya terbatas di wilayah Hijaz. Akhirnya Hajjaj berhasil mengepung Kota Mekah yang menjadi benteng terakhir Abdullah bin Zubair.

Hajjaj menggempur kota suci itu dengan tembakan-tembakan manjaniq, sampai-sampai  sebagian dari Ka’bah roboh tertimpa peluru-peluru manjaniq pasukan Hajjaj. Hajjaj benar-benar tidak peduli dengan kehormatan kota yang mulia itu.