
Kemudian Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman;
الَّذِينَ يَلْمِزُونَ الْمُطَّوِّعِينَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ فِي الصَّدَقَاتِ وَالَّذِينَ لَا يَجِدُونَ إِلَّا جُهْدَهُمْ فَيَسْخَرُونَ مِنْهُمْ ۙ سَخِرَ اللَّهُ مِنْهُمْ وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ
“(Orang-orang munafik itu) yaitu orang-orang yang mencela kaum Mu’min yang memberi sedekah dengan sukarela dan (mencela) orang-orang yang tidak memperoleh (untuk disedekahkan) selain sekedar kesanggupannya, maka orang-orang munafik itu menghina mereka. Allah akan membalas penghinaan mereka itu, dan untuk mereka azab yang pedih”. (QS. At Taubah: 79)
Sebagian Shahabat ada yang tidak memiliki kemampuan sama sekali untuk bersedekah dengan materi seperti Ulbah bin Zaid Radhiyallahu anhu, namun ini tidak menyurutkan semangat mereka untuk bersedekah dan tidak menurunkan semangat mereka untuk ikut berperang.
Mereka mendatangi Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam memohon kepada beliau agar diikutkan dalam peperangan ini, akan tetapi beliau tidak bisa memenuhi permintaan mereka. Akhirnya, dengan berurai air mata sedih, mereka kembali ke rumah karena tidak bisa ikut dalam pertempuran itu.
Demikian juga sikap Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam ketika didatangai Abu Musa Al Asy’ari Radhiyallahu anhu sebagai utusan dari sebagian shahabatnya untuk meminta agar diikutkan dalam peperangan itu. Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam juga tidak bisa memenuhi permintaan mereka.
Selang beberapa lama setelah itu, Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam mengutus Bilal Radhiyallahu anhu untuk memanggil Abu Musa Radhiyallahu anhu dan memberinya enam ekor unta yang dibeli dari Sa’ad, sebagai tunggangan mereka di peperangan ini.
Berbagai kesulitan dan kekurangan yang dialami kaum Muslimin dalam perjalanan mereka ini sampai harus bertahan hanya dengan satu kurma dengan meminum air setiap kali mereka menghisap kurma tersebut tanpa memakannya.(*)








