MOESLIM.ID | Setelah Allah Subhanahu wa Ta’ala menyempurnakan nikmat-Nya kepada bani Israil dengan menyelamatkan mereka dari kedzaliman fir’aun. Allah pun menjanjikan kepada Nabi Musa alaihissallam tiga puluh malam dan menggenapinya menjadi empat puluh malam.
Semua itu agar Nabi Musa Alaihissalam menyiapkan diri untuk menerima janji Allah Subhanahu wa Ta’ala dan supaya turunnya kitab itu menimbulkan kesan dan kerinduan yang luar biasa dalam hati mereka.
Sebelum berangkat, Nabi Musa Alaihissallam berpesan kepada Nabi Harun Alaihissallam agar menggantikannya membimbing bani Israil.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman;
وَوَٰعَدۡنَا مُوسَىٰ ثَلَٰثِينَ لَيۡلَةٗ وَأَتۡمَمۡنَٰهَا بِعَشۡرٖ فَتَمَّ مِيقَٰتُ رَبِّهِۦٓ أَرۡبَعِينَ لَيۡلَةٗۚ وَقَالَ مُوسَىٰ لِأَخِيهِ هَٰرُونَ ٱخۡلُفۡنِي فِي قَوۡمِي وَأَصۡلِحۡ وَلَا تَتَّبِعۡ سَبِيلَ ٱلۡمُفۡسِدِينَ
“Dan telah Kami janjikan kepada Musa (memberikan Taurat) sesudah berlalu waktu tiga puluh malam, dan Kami sempurnakan jumlah malam itu dengan sepuluh (malam lagi), lalu sempurnalah waktu yang telah ditentukan Rabbnya empat puluh malam. Dan berkata Musa kepada saudaranya, yaitu Harun, ‘Gantikanlah aku dalam (memimpin) kaumku, perbaikilah, dan janganlah kamu mengikuti jalan orang-orang yang membuat kerusakan’.” (QS. Al A’raf: 142)
Sempurnalah waktu yang dijanjikan itu empat puluh hari, dan selama waktu tersebut Nabi Musa berpuasa siang dan malam. Kemudian, nabi Musa bergegas mendahului kaumnya menuju Bukit Thur dan meninggalkan Nabi Harun memimpin bani Israil, sementara di situ juga ada Samiri.