Kisah Tiga Sahabat yang Tidak Ikut Perang Tabuk

Ilustrasi perang Tabuk. (Foto: Net)

Sepeninggal Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam dan pasukan kaum Muslimin, betapa gusar dan sedih hati Ka’b bin Malik, karena melihat orang-orang yang masih berada di Madinah adalah orang-orang yang memiliki udzur untuk tidak ikut berperang atau orang-orang yang dikenal sebagai orang munafik.

Menjelang kedatangan Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam dan kaum Muslimin, keinginan buruk muncul dalam benaknya.

Ka’b bin Malik mengatakan, “Ketika sampai berita bahwa Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam dan kaum Muslimin bersiap-siap untuk kembali, muncul keinginanku untuk berbohong. Saya berkata dalam hati, ‘Dengan apa kira-kira saya bisa lolos dari murka Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam besok?’.

Baca Juga:  Hikmah dan Pelajaran Dari Jasad Firaun Muncul ke Permukaan Laut

Namun tatkala diberitakan bahwa Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam sudah mulai bergerak menuju Madinah, keinginan untuk berbohong itu hilang. Ka’b bin Malik menguatkan hati untuk berkata jujur dengan segala resikonya.

Ka’b bin Malik lalu datang menemui Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam dan mengucapkan salam. Beliau Shallallahu alaihi wasallam tersenyum masam kepada Ka’b bin Malik seraya bertanya, “Mengapa engkau tertinggal?. Bukankah engkau telah menjual dirimu untuk membela Islam?”.