
Al Walid lalu berkata; “Apa menurutmu yang harus kukatakan pada mereka?. Demi Allah! Tidak ada di tengah-tengah kalian orang yang lebih memahami syair Arab daripada aku. Tidak juga pengetahuan tentang rajaz dan qashidahnya yang mengungguli diriku. Tapi apa yang diucapkan Muhammad itu tidak serupa dengan ini semua. Juga bukan sihir jin. Demi Allah! Apa yang ia ucapkan (Al Quran) itu manis. Memiliki thalawatan (kenikmatan, baik, dan ucapan yang diterima jiwa). Bagian atasnya berbuah, sedang bagian bawahnya begitu subur. Perkataannya begitu tinggi dan tidak ada yang mengunggulinya, serta menghantam apa yang ada dibawahnya”.
Al Walid yang begitu keras hatinya dan penuh kebencian terhadap Islam dan apa yang Allah turunkan pun memiliki kesan yang luar biasa terhadap Al Quran. Tentu kita kaum muslimin juga ingin merasakan kesan yang mendalam saat membaca Al Quran.
Abu Jahal tetap bersikeras agar Al Walid mengatakan sesuatu yang bisa membuat orang-orang Quraisy ridha. Ia berkata; “Kaummu tidak akan ridha kepadamu sampai engkau mengatakan sesuatu yang buruk tentang Al Quran itu”.
Al Walid lalu berkata; “Jika demikian, tinggalkanlah aku biar aku berpikir dulu”. Setelah berpikir, Al Walid mengatakan; “Al Quran ini adalah sihir yang dipelajari. Muhammad mempelajarinya dari orang lain”.
Kemudian Allah menurunkan firman-Nya surat Al Mudatstsir ayat 11. Dari ayat 11 dan beberapa ayat seterusnya bercerita tentang Al Walid bin Al Mughirah yang divonis akan mendapatkan adzab yang pedih di Neraka.(*)