
Dengan tenang Rasulullah shallallahu alaihi wasallam menjawab; “Allah”. Lalu ia pun tergetar dan jatuhlah pedang dari tangannya.
Lalu Rasulullah shallallahu alaihi wasallam mengambil pedang tersebut dan berkata; “Siapa yang akan menghalangimu dariku?”. Ia menjawab; “Tidak ada seorang pun”. Kemudian ia mengucapkan dua kalimat syahadat.
Setelah itu Du’tsur datang menemui kaumnya dan mendakwahkan Islam kepada mereka. Lalu turunlah ayat:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اذْكُرُوا نِعْمَتَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ هَمَّ قَوْمٌ أَنْ يَبْسُطُوا إِلَيْكُمْ أَيْدِيَهُمْ فَكَفَّ أَيْدِيَهُمْ عَنْكُمْ ۖ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ وَعَلَى اللَّهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُؤْمِنُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, ingatlah kamu akan nikmat Allah (yang diberikan-Nya) kepadamu, di waktu suatu kaum bermaksud hendak menggerakkan tangannya kepadamu (untuk berbuat jahat), maka Allah menahan tangan mereka dari kamu. Dan bertakwalah kepada Allah, dan hanya kepada Allah sajalah orang-orang mukmin itu harus bertawakkal”. (QS. Al Maidah: 11).
Peristiwa pada perang ghathafan ini berakhir tanpa kontak senjata.(*)