Revolusi Abbasiyah, Konflik Berdarah Perebutan Kakuasaan

Revolusi Abbasiyah
Revolusi Abbasiyah. (Foto: Net)

Pada tahun 700-an, keluarga Abbasiyah ini lebih banyak bermukim di sebuah daerah yang bernama Humayma, wilayah gurun di Jordania sekarang, dekat dengan pusat pemerintahan Umayyah yang berada di Damaskus.

Oleh karena itu, mereka tahu persis keadaan kerajaan karena dapat mengamatinya dari dekat. Mereka juga tahu kapan terjadi ketidakstabilan dalam kerajaan dan menciptakan peluang untuk mengambil alih kekuasaan.

Untuk mewujudkan cita-cita menggulingkan Dinasti Umayyah, orang-orang Abbasiyah melobi umat Islam yang berada di propinsi bekas kerajaan Persia. Mereka dipilih karena mereka orang-orang non-Arab, mereka juga mengusung isu keluarga Nabi yang berhak untuk memimpin umat Islam.

Baca Juga:  Inilah Keistimewaan Negeri Syam yang Luar Biasa (2)

Orang-orang Abbasiyah mempengaruhi mereka dengan klaim bahwa keluarga Ali telah mempusakakan kepemimpinan dari keturunan Abbas bin Abdul Muthalib. Isu ini pun mendapat sambutan baik dari orang-orang Persia dan revolusi pun tinggal menunggu waktu.

Pada tahun 747 M, orang-orang Abbasiyah merasa saat untuk revolusi pun telah tiba. Propinsi pertama yang dikuasai Abbasiyah adalah propinsi Merv, karena banyak pendukung mereka di sana sehingga mudah melengserkan amir kota Merv dari kepemimpinannya. Kemudian mereka beranjak menuju Kufah, salah satu kota basis pendukung mereka juga.