Rufai Bin Mihran, Penghafal Al Quran dan Ahli Hadits (3)

Ilustrasi masjid nabawi dahulu. (Foto: Net)

Ketika terjadi peperangan antara Ali dan Mu’awiyah, ia memiliki sikap dan bercerita; ketika terjadi peperangan antara Ali dan Mu’awiyah, saya termasuk orang yang bersemangat. Perang ketika itu lebih aku sukai daripada air dingin di musim kering. Maka saya mempersiapkan perlengkapan kemudian mendatangi mereka.

Ternyata di hadapan saya telah berdiri dua barisan pasukan berhadapan yang tak kelihatan ujungnya. Jika satu barisan meneriakkan takbir maka barisan yang lainpun meneriakkan takbir. Jika yang satu meneriakkan La ilaaha Illallah, kelompok yang lainpun meneriakkan La ilaaha Illallah.

Baca Juga:  Kisah Juraij dan Bayi yang Bisa Berbicara

Lalu saya bertanya-tanya kepada diriku sendiri; “Manakah di antara dua kelompok pasukan yang saya anggap kafir dan akan saya perangi?”. Manakah yang saya anggap mukmin sehingga saya akan berjihad bersamanya?. Lalu aku tinggalkan keduanya dan pergi.

Abu Al Aliyah sepanjang hidupnya masih merasakan kecewa, karena tidak bertemu dengan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam. Maka ia menggantinya dengan mendekati para sahabat yang utama, yang dekat hubungannya dengan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam. Ia lebih mengutamakan mereka atas dirinya sedangkan mereka lebih mengutamakan ia atas diri mereka.

Baca Juga:  Kisah Nabi Ayyub yang Sabar dan Sembuh Dari Sakit Menahun

Sebagai bukti adalah tatkala Anas pembantu Rasulullah shallallahu alaihi wasallam memberikan hadiah apel yang di tangannya kepadanya. Maka ia pun mengambilnya lalu menciumnya sambil berkata; “Apel yang telah disentuh oleh tangan yang pernah menyentuh tangan Rasulullah, apel yang telah disentuh oleh tangan yang mendapat kehormatan karena pernah menyentuh tangan Rasulullah”.