
Contoh yang lain, tatkala Abu Al Aliyah menemui Abdullah bin Abbas yang saat itu menjadi gubernur Bashrah di bawah pemerintahan Ali bin Abi Thalib. Abdullah bin Abbas menyambutnya dengan sangat baik, ia dudukkan di atas ranjangnya dan didudukkan di samping kanannya. Ketika itu majlis dihadiri oleh para pembesar Quraisy.
Mereka saling melirik dan berbisik di antara mereka; “Tidakkah kalian melihat bagaimana Ibnu Abbas mendudukkan budak itu di atas ranjangnya?”. Ibnu Abbas yang melihat gelagat mereka menoleh ke arah mereka dan berkata; “Sesungguhnya ilmu menambah kemuliaan orang yang mulia, dan meninggikan derajat pemiliknya di tengah manusia dan mendudukkan para raja laksana tawanan”.
Suatu tahun, Abu Al Aliyah bertekad untuk pergi berjihad fii sabilillah. Maka ia mempersiapkan perbekalannya dan mengikatnya di atas kendaraannya bersama para mujahidin. Tatkala terbit waktu subuh, terdapat luka yang parah pada salah satu telapak kakinya. Kemudian rasa sakit tersebut semakin bertambah sedikit demi sedikit.
Ketika seorang tabib menengoknya, dia berkata; “Ini terkenal aklah”. Ia bertanya; “Apakah itu aklah?:. Tabib berkata; “Yakni penyakit yang akan mematikan sel-sel dan merambat sedikit demi sedikit hingga mengenai seluruh tubuh”. Kemudian tabib tersebut meminta persetujuannya untuk memotong kakinya hingga setengah betis, maka ia pun menyetujuinya.
Maka sang tabib menyiapkan perlengkapan amputasi, pisau untuk menyayat daging dan gergaji untuk memotong tulang. Kemudian tabib berkata; “Maukah Anda minum bius agar Anda tidak merasa kesakitan tatkala disayat dan dipotong kakinya?”. Ia menjawab; “Namun ada yang lebih baik untukku daripada itu”.








