MOESLIM.ID | Terkadang Allah Subhanahu wa Ta’ala mceritakan dalam Al Qur’an beberapa nabi tanpa menyebut namanya sama sekali.
Diantaranya firman Allah Subhanahu wa Ta’ala;
أَلَمْ تَرَ إِلَى الْمَلَإِ مِنْ بَنِي إِسْرَائِيلَ مِنْ بَعْدِ مُوسَى إِذْ قَالُوا لِنَبِيٍّ لَهُمُ ابْعَثْ لَنَا مَلِكًا نُقَاتِلْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ قَالَ هَلْ عَسَيْتُمْ إِنْ كُتِبَ عَلَيْكُمُ الْقِتَالُ أَلَّا تُقَاتِلُوا
“Apakah kamu tidak memperhatikan pemuka-pemuka Bani Israil sesudah Nabi Musa, yaitu ketika mereka berkata kepada seorang Nabi mereka: “Angkatlah untuk kami seorang raja supaya kami berperang (di bawah pimpinannya) di jalan Allah.” Nabi mereka itu menjawab: “Mungkin sekali jika kamu nanti diwajibkan berperang, kamu tidak akan berperang.?” (QS. Al Baqarah: 246)
Setelah lama Bani Israil ditinggal mati Nabi Musa alaihis salam, mereka melakukan berbagai macam pelanggaran syariat, hingga Allah menghukum mereka dengan munculnya kerajaan dzalim yang menjajah mereka.
Banyak yang dijarah, dibunuh, hingga taurat dirampas mereka. Hingga ada seorang wanita hamil, yang berharap akan melahirkan anak lelaki calon nabi. Allah kabulkan harapan mereka, terlahirlah seorang anak lelaki yang diberi nama Syam’un, dalam riwayat lain Samuel, yang arti dari nama ini adalah “Allah mendengar.”
Setelah dewasa, nabi ini diminta oleh masyarakat Bani Israil, agar menunjuk seseorang sebagai pemimpin mereka, sehingga bisa dilakukan perang melawan penjajah. Lalu sang nabi menunjuk orang yangn soleh namanya Thalut. Hingga terjadilah perang melawan Jalut, dan Daud berhasil membunuh Jalut. (Tarsir Ibn Katsir, 1/665)
Tentang siapakah nama nabi itu, ada dua pendapat ulama. Ada yang mengatakan Syam’un dan ada yang mengatakan Syamuel. (Tarsir Ibn Katsir, 1/665)