
Dalam Qashas Al Anbiya ketika menjelaskan persitiwa ini, dinyatakan bahwa mayoritas ahli tafsir mengatakan, “Nabi dari bani israil yang disebut dalam kisah itu adalah Samuel. Ada yang mengatakan, Syam’un. Ada yang mengatakan, dua nama itu sama orangnya. Dan ada yang mengatakan, itu nabi Yusya, dan ini pendapat yang jauh.” (Qashas Al Anbiya, hlm. 447)
Kemudian Allah juga berfirman;
وَاضْرِبْ لَهُمْ مَثَلًا أَصْحَابَ الْقَرْيَةِ إِذْ جَاءَهَا الْمُرْسَلُونَ ( ) إِذْ أَرْسَلْنَا إِلَيْهِمُ اثْنَيْنِ فَكَذَّبُوهُمَا فَعَزَّزْنَا بِثَالِثٍ فَقَالُوا إِنَّا إِلَيْكُمْ مُرْسَلُونَ
“Sampaikan kepada mereka permisalan yang terjadi, yaitu penduduk suatu negeri ketika utusan-utusan datang kepada mereka, (yaitu) ketika Kami mengutus kepada mereka dua orang utusan, lalu mereka mendustakan keduanya; kemudian Kami kuatkan dengan (utusan) yang ketiga, maka ketiga utusan itu berkata: “Sesungguhnya kami adalah orang-orang di utus kepadamu.” (QS. Yasin: 13-14)
Dalam ayat ini, Allah tidak menyebutka siapa nama tiga Nabi yang diutus itu.
Ibnu Katsir menyebutkan riwayat dari Ibnu Jurair, dari Wahb bin Sulaiman, dari Syuaib al-Juba’i, ia mengatakan; nama dua rasul yang pertama adalah Syam’un dan Yuhana. Sementara Rasul yang ketiga namanya Paulus. Dan negeri yang didatngi namanya Anthakiyah. (Tafsir Ibnu Katsir, 6/569)
Meskipun Ibnu Katsir juga menyebutkan riwayat lain dengan nama yang berbeda.
Kita mengimani keberadaan nabi yang Allah sebutkan dalam Al Quran itu, namun apakah namanya Syam’un?. Tidak ada keterangan dari Al Quran maupun hadis tentang itu. Yang ada hanya riwayat dari para ulama.
Jika keberadaan nabi Syam’un itu benar, masalah nama Samson lebih ringan. Karena substansinya bukan persoalan nama, namun keberadaan orangnya. Orang barat menyebut Musa dengan Moses, Isa dengan Yesus, Daud dengan David, Sulaiman dengan Solomon. Orangnya sama, tapi pengucapannya beda.