
Pemuda tersebut akhirnya dibawa menghadap sang raja, lalu dikatakan kepadanya, “Tinggalkan agamamu!” Namun dia menolak. Sang raja lalu memerintahkan agar pemuda tersebut dilemparkan dari puncak sebuah gunung.
Maka dibawalah pemuda itu ke salah satu gunung. Sesampainya di atas puncak gunung pemuda berdo’a, “Ya Allah cukupilah (tolonglah) aku dari mereka menurut kehedak-Mu.” Maka gunung tersebut bergetar, dan akibatnya orang-orang pun jatuh terpelanting dari atas gunung, kecuali pemuda itu yang selamat.
Lalu dia pulang menemui sang raja dengan berjalan kaki. Raja pun bertanya, “Apa yang terjadi dengan orang-orang yang membawamu? Pemuda menjawab, “Allah subhanahu wata’ala telah mencukupi aku dari mereka.”
Raja lalu memerintahkan agar pemuda itu ditenggelamkan di tengah laut. Namun lagi-lagi, atas pertolongan Allah subhanahu wata’ala dia selamat dari rencana itu, sedangkan orang-orang yang akan mengeksekusinya justru yang tenggelam di laut.
Pemuda berkata kepada raja, “Sesungguhya engkau tidak dapat membunuhku sebelum melakukan apa yang aku perintahkan.” Raja lalu bertanya, “Apa itu?” Pemuda itu menjawab, “Kumpulkan manusia di suatu tempat, lalu saliblah aku di suatu batang pohon, kemudian ambillah anak panah milikku, letakkan anak panah itu pada busurnya dan ucapkanlah, “Dengan menyebut nama Allah, Rabb pemuda ini.” Kemudian lepaslah anak panah ke arahku, jika engkau lakukan itu, maka engkau dapat membunuhku.”
Singkat cerita raja menuruti perintah pemuda, dan sebelum membidikkan anak panah, raja mengucapkan, “Dengan menyebut nama Allah, Rabb si Pemuda.” Dan ternyata benar, pemuda itu akhirnya meninggal. Maka orang-orang pun ramai-ramai berkata, “Kami beriman kepada Rabb pemuda.”








