
Ahlul bait juga berhak mendapat seperlima harta ghonimah dan harta fa’i, sebagaimana Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman;
وَاعْلَمُوْٓا اَنَّمَا غَنِمْتُمْ مِّنْ شَيْءٍ فَاَنَّ لِلّٰهِ خُمُسَهٗ وَلِلرَّسُوْلِ وَلِذِى الْقُرْبٰى وَالْيَتٰمٰى وَالْمَسٰكِيْنِ وَابْنِ السَّبِيْلِ
“Ketahuilah, sesungguhnya apa saja yang dapat kamu peroleh sebagai rampasan perang, maka sesungguhnya seperlima untuk Allah, rasul, kerabat rasul, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan ibnu sabil”. (QS. Al Anfal: 41)
Ahlul bait diharamkan menerima shadaqah berdasarkan hadits Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam;
إِنَّ اَلصَّدَقَةَ لَا تَنْبَغِي لِآلِ مُحَمَّدٍ, إِنَّمَا هِيَ أَوْسَاخُ اَلنَّاسِ
“Sesungguhnya shadaqah itu tidak pantas bagi keluarga Muhammad, hanyalah shadaqah itu untuk orang-orang yang kotor”. (HR. Muslim: 1072)
Nasab ahlul bait tidak terputus hingga hari Kiamat, sebagaimana hadits Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam;
كُلُّ سَبَبٍ وَنَسَبٍ يَوْمَ الْقِيَامَةِ يَنْقَطِعُ , إلَّا سَبَبِي وَنَسَبِي
“Semua sebab dan nasab akan terputus pada hari Kiamat kecuali sebabku dan nasabku”. (HR. Ath Thobari: 3/129/1)