Syaikh Syu’aib Al Arnauth, Sang Peneliti dan Ahli Hadits

Ilustrasi menulis kitab. (Foto: Net)

Syaikh Al Arnauth muda mulai serius menekuni bahasa Arab. Ia datangi para ustadz dan ulama ahli bahasa Arab di Kota Damaskus. Bersama guru-gurunya itu, Syaikh al-Arnauth mempelajari buku-buku rujukan utama ilmu bahasa Arab dan balaghah.

Setelah membekali diri dengan kemampuan yang mumpuni dalam bahasa Arab, Syu’aib Al Arnauth mulai mempelajari ilmu Fikih, terutama kajian fikih Madzhab Hanafi. Dalam fan ini, ia pun memiliki banyak guru yang mengajarkannya banyak buku.

Selama 7 tahun, ia tenggelamkan dirinya dalam kajian-kajian fikih. Kemudian ia mempelajari  Ushul Fiqh, Tafsir Al Quran, Musthalah Al Hadits, dan buku-buku akhlak. Saat itu usia beliau sudah lebih dari 30 tahun.

Baca Juga:  Kisah Mendebarkan Tentang Malaikat Dalam Perang Badar

Saat mempelajari fikih, Syaikh Al Arnauth bersentuhan dengan status sebuah hadits, shahih atau tidak. Hal ini memotivasinya untuk meneliti buku-buku fikih yang muatan materinya adalah hadits. Ia memfokuskan diri pada penelitian tersebut. Sampai akhirnya, ia menjadi spesialis dalam kajian ini.

Cabang keilmuan yang baru ia tekuni ini bukanlah permasalahan ringan. Butuh waktu yang luas dan fokus yang luar biasa. Karena itu, sejak tahun 1955, ia meninggalkan pengkajian bahasa Arab. Mulailah ia menghabiskan waktunya untuk meneliti warisan Islam.