
Sebagian mereka, puasanya tidak bisa mencegah kejahatan lisannya, sehingga terjerumus dalam ghibah, namimah dan dusta. Mereka membiarkan telinga dan mata mereka berkeliaran, sehingga terjatuh dalam dosa dan kemaksiatan.
Banyak yang tidak mengetahui hikmah disyari’atkannya puasa dan melupakan buah manis dari ketakwaan serta jalan-jalan ketakwaan, sehingga mencukupkan puasa hanya dengan menahan diri dari makanan dan minuman serta pembatal-pembatal puasa yang zhahir saja.(*)