
Kendati demikian apa yang dia lihat secara daring berbeda. “Di internet, saya melihat banyak kata-kata umpatan dan mereka mengatakan Islam itu jahat dan kelompok teroris. Sejujurnya, saya tidak tahu mengapa ada perbedaan besar (antara daring dan secara langsung),” ucap Kim.
Sementara beberapa Muslim Korea lainnya menolak untuk diwawancarai. Mereka mengatakan dirinya dan keluarga telah menderita akibat komentar kebencian daring setelah wawancara sebelumnya dengan media lokal.
Ketika umat Islam mulai meningkatkan kehadiran mereka di sini, konflik mulai muncul di dunia fisik juga.
Dua Muslim, Imtiaz Mahmud (31) dari Bangladesh, dan Asad Ullah (37) dari Pakistan, keduanya adalah peneliti pascadoktoral di Kyungpook National University di Daegu. Mereka juga jarang menghadapi diskriminasi selama tujuh tahun tinggal di Korea.
Namun tahun ini, mereka menghadapi konflik seputar pembangunan masjid mereka di kawasan pemukiman di Daegu.
Masjid itu digunakan sebagai tempat di mana lebih dari 100 mahasiswa Muslim yang belajar di Universitas Nasional Kyungpook untuk sholat. Dan sekarang sedang dibangun dengan izin untuk memperpanjang bangunan karena kekurangan ruang.








