
Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam bersabda;
يُقَالُ لِصَاحِبِ الْقُرْآنِ : اقْرَأْ وَارْتَقِ وَرَتِّلْ كَمَا كُنْتَ تُرَتِّلُ في الدُّنْيَا ، فَإنَّ مَنْزِلَتَكَ عِنْدَ آخِرِ آية تَقْرَؤُهَا
“Dikatakan kepada ahli Al Qur’an; ‘Bacalah, naiklah, dan tartilkanlah (membaca dengan perlahan) sebagaimana engkau menartilkannya di dunia, karena kedudukanmu ada pada akhir ayat yang engkau baca’.” (HR. Abu Daud, no. 1464 dan Tirmidzi, no. 2914)
Hadits ini menjadi motivasi untuk menghafalkan dan mentadaburi Al Qur’an. Kedudukan seorang mu’min di surga tergantung pada amal dan kerja kerasnya di dunia.
Shahibul Qur’an yang dimaksud adalah yang membawa, menjaga, dan senantiasa membacanya, terus mengamalkannya, hingga memperhatikan adabnya terhadap Al Qur’an.
Wartaqi maksudnya adalah naiklah pada derajat di surga sesuai dengan banyaknya ayat Al Qur’an yang dihafalkannya.
Tilawah Al Qur’an dan mentadaburinya juga menyebabkan ketenangan di dunia dan meraih kelezatan di akhirat.(*)








