Kisah Mualaf Amerika yang Hidup di Negara Muslim

Menurutnya, toko buku dan perpustakaan, dengan pengetahuan berabad-abad mudah dijangkau di negara itu. Selain itu, hidup di tengah masyarakat mayoritas Muslim, Islam akan selalu menjadi perhatian publik.

“Tapi mari kita juga jujur. Negara-negara mayoritas Muslim, karena berbagai alasan, tidak selalu menjadi tempat tinggal yang mewah. Banyak Muslim masih hidup dalam kemiskinan dan tunduk pada korupsi, salah urus, dan disorganisasi,” katanya.

“Di beberapa negara, bahkan tugas dasar sehari-hari seperti menggunakan transportasi umum atau menemukan restoran yang bagus bisa menjadi tugas yang berat,” tambahnya.

Baca Juga:  Puncak Gerhana Bulan Total 8 September 2025 Pukul 01.11 WIB

Sebagai mualaf kulit putih, Brian mengaku selalu terlihat seperti seorang mualaf baru. Ia diperlakukan sebagai orang yang “hampir” Muslim. “Ini selalu terjadi dengan saya ketika saya terlibat dalam percakapan dengan orang asing. Segera setelah saya menyebutkan bahwa saya masuk Islam, saya diberikan sebuah pertanyaan untuk melihat apakah saya “benar-benar” seorang Muslim,” katanya.

“Ada berapa rakaat sholat ashar? Bacakan beberapa ayat Alquran untukku. Jika Anda memiliki dua rumah, berapa zakat yang harus Anda keluarkan?” ujarnya tentang pertanyaan yang dilontarkan orang-orang.