
“Pertama, kalau Natalan bersama kaum Kristiani, saya dukung. Bentuk dari kesatuan beberapa mungkin aliran paham Kristiani jadi satu, Natal sesama saudara Nasrani,” ucapnya.
“Tapi kalau Natalan bersama dengan umat Islam, jangan. Tidak boleh. Karena ini berkenaan dengan ibadah. Maka ibadah itu kembalikan pada lakum dinukum waliyadin, masing-masing agama silakan dia beribadah sesuai dengan keyakinan masing-masing,”imbuhnya dengan tegas.
Lain halnya dengan pernyataan Menteri Agama yang akan merayakan Natal bersama, Menurutnya hal tersebut sah-sah saja selama masih tetap dalam koridor syariat Islam, mengingat Menteri Agama merupakan pejabat publik yang juga membawahi beberapa agama di Indonesia.
Kiai Cholil kembali menegaskan bahwa kehadiran Menteri Agama nantinya bukanlah sebagai seseorang yang ikut dalam ibadah perayaan tersebut.
“Kalau Menag-nya sendiri ya silakan, dia sebagai pejabat untuk menghormati tapi tidak untuk ibadah. Menteri Agama pun juga meskipun menteri semua agama tidak berarti semua agama dia peluk. Harus kepada agama yang dia yakini,” kata Kiai Cholil.








